Sabtu, 24 September 2016

'Mengungsi' di Bengawan Solo Coffee

Entah kenapa hari ini saya malas sekali pulang cepat ke kost tercinta. Cuaca siang tadi yang kelewat panas mungkin akan membuat kamar yang menyedihkan itu bertambah pengap dan gerah.
Bis Transjakarta yang juga tidak kunjung datang, membuat saya pun memilih keluar dari Halte Harmoni yang makin ramai penumpang. Berjejalan di baris antrian.

Berhubung di seberang halte ini ada sebuah coffee shop, saya pikir segelas kopi sebelum pulang sepertinya tidak akan membuat saya masuk neraka.


Area kedai kopi ini berdiri termasuk dalam Komplek Duta Merlin. Sudah sering saya melihatnya. Warna merah dindingnya, juga papan nama yang cukup besar, membuat kedai kopi ini begitu mencolok terlihat dari jalan, bahkan oleh yang rabun sekalipun.

Tempatnya tidak seberapa besar. Tampak seperti koridor ruangan. Melihat deretan gerai ATM Center yang berjejer disebelahnya, dengan ukuran dan warna yang sama, mungkin saja tempat ini memang sebelumnya dipergunakan untuk itu, tapi dirombak menjadi kedai kopi. Entahlah.
Tampak sepi saat saya masuk. Di ujung ruangan, dua orang laki-laki sedang terlelap di masing-masing sisi dinding. Di dekat pintu kaca, ada koko yang sibuk dengan laptopnya. Sementara di belakang saya duduk wanita paruh baya, yang tak lama beranjak pergi dan digantikan pria bule yang juga tak kalah tuir-nya.


Segelas Coffee Tareek buatan mbak barista pun tak lama hadir dihadapan. Ah, kafein memang selalu menenangkan suasana hati. Pahit tapi nikmat nian.
Situasi kedai yang tenang pun seolah mendukung 'pengungsian diri' saya sore ini. Andai saja setiap hari bisa seperti ini. Tidak perlu menghadapi tumpukan berkas dan segala tetek bengek dibaliknya. Muka tidak harus ditekuk-tekuk seperti adonan roti bakar.


Alunan musik jazz yang mendayu-dayu sedari tadi, menambah kesyahduan suasana sore di kedai kopi mungil ini. Yang lalu sedikit merubah mindset saya, yang selama ini hanya 'menyandingkan' kopi dengan reggae. Ternyata ada juga yang pas untuk menemani saat ngopi-ngopi asoy, selain irama Jamaika, pisang goreng dan Dian Sastro :D

Dan sore ku pun menjadi begitu nyaman bin aduhai. Se-woles 'kue bolu kuning' yang terombang-ambing mengikuti aliran air Kali Ciliwung.

Lalu, apa kabar si kamar pengap nan menyedihkan itu?
Ah sudahlah.



Tabe!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar