Kamis, 05 Oktober 2017

[Photo]: Museum Layang Layang Indonesia

Sering sekali teman-teman di facebook membagi tautan atau gambar tentang permainan-permainan tradisional yang dulu sering dimainkan saat masih kecil.
Sebagai generasi yang besar di tahun 90-an (sebut saja tua 😁), senang juga melihatnya. Flashback ke masa dimana permainan-permainan seperti petak umpet, bola bekel, lompat tali, gobak sodor, dll, menjadi 'raja' di kalangan bocah. Mengingat kembali segala keseruan yang ada, tawa pongah yang menang, juga sesenggukan si payah.

Nah, dari sekian banyak permainan-permainan tradisional itu, kini praktis hanya layang-layang yang masih bertahan (sepertinya).
Walau zaman sudah berganti ke era digital dan membuat permainan-permainan itu tergeser (khususnya di kota), layang-layang masih biasa dimainkan, tidak hanya generasi yang tua tapi juga anak-anak masa kini, di desa maupun kota.


Mainan sederhana dari kertas/plastik, potongan bambu kecil dan lem, yang diterbangkan menggunakan benang gelasan ini (sepertinya semua orang sudah tahu), punya sejarah yang cukup panjang.

**
Dimulai jauh sejak tahun 400 SM, oleh pemikir besar Tiongkok Mozi dan sesepuh tukang kayu Tiongkok Luban, dengan burung kayu/bambu buatan mereka; "Muyuan", yang kemudian berubah menjadi "Zhiyuan" (burung kertas) setelah bahan baku pembuatannya dirubah menggunakan kain sutera/kertas, lalu dirubah kembali namanya menjadi "Fengzheng" atau layang-layang.
Dari "Negeri Tirai Bambu" barulah kemudian menyebar ke pelosok Asia hingga Eropa. Walaupun ada pendapat lain yang mengatakan kalau penyebaran layang-layang dimulai dari Yunani.

Sementara itu, catatan sejarah mengenai 'peradaban' layang-layang di Nusantara adalah dari Sejarah Melayu (Sulalatus Salatin) dari abad ke-17, yang menceritakan suatu festival layang-layang yang diikuti oleh seorang pembesar kerajaan.
Penemuan sebuah lukisan gua di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, pada awal abad ke-21, yang memberikan kesan orang bermain layang-layang, juga menimbulkan spekulasi bahwa tradisi layang-layang sudah lama muncul di Nusantara.

Dan mungkin karena sejarah panjang layang-layang itulah, Ibu Endang Ernawati menginisiasi pembangunan Museum Layang Layang Indonesia ini sejak tanggal 21 Maret 2003, seiring kecintaannya pada layang-layang dan jumlah koleksi layang-layang miliknya yang mulai banyak.



Museum ini berada di Jl. H. Kamang No. 38, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Sedikit membutuhkan usaha memang untuk menemukan tempat ini. Selain karena papan namanya yang agak tertutup, juga karena konsep bangunannya yang seperti rumah tinggal di Jawa.

Ada beberapa bangunan yang terdapat di dalam area museum. Bangunan terdepan yang akan ditemukan setelah masuk gerbang adalah kantor dan tempat penerimaan tamu. Setelah melapor dan membeli tiket di sini, guide akan membawa kita ke bangunan lain, yaitu ruangan audio-visual, untuk menonton video tentang sejarah dan festival layang-layang.

Selain itu, ada bangunan lain tempat dilakukannya semua kegiatan workshop dari museum, seperti membuat keramik, batik, melukis layang-layang, dll.
Sementara bagian utama museum berupa sebuah pendopo berlantai merah. Bagian dalam dari pendopo ini terdapat ruang pamer yang berisi koleksi layang-layang dari berbagai daerah dan mancanegara. Beraneka rupa dan warna. Dari yang berukuran paling besar hingga yang terkecil. Yang dua dimensi, juga tiga dimensi. Ada juga layangan berusia tua yang terbuat dari daun umbi-umbian, yang berasal dari Muna, Sulawesi Tenggara.

Layangan Kereta Kuda
Layangan Burung Garuda
Layangan Naga
Layangan Kuda Terbang
Layangan Perahu Layar
Layangan Bidadari
Layangan Ikan Terbang
Layang-layang dari daun umbi-umbian (Muna)


Layangan Capung
Layang-layang terkecil dari China
Ruang koleksi layang-layang dari mancanegara
Setelah puas melihat-lihat di dalam ruang pamer museum dengan segala jenis layang-layangnya, guide akan mengajak kita membuat layang-layang aduan sederhana di pendopo, untuk dibawa pulang.

mari membuat layang-layang
layang-layang hasil karya saya
yang sungguh artistik & menakjubkan 😜
Ajaklah anak-anak anda kesini. Museum ini bisa menjadi sebuah sarana edukasi yang baik bagi mereka, untuk mengenalkan mereka pada layang-layang sebagai salah satu permainan tradisional dan sebagai khasanah budaya bangsa, yang harus dilestarikan agar tidak hilang ditelan zaman.




Tabe!


PS:
** dari berbagai sumber
> Alamat Museum Layang Layang Indonesia: Jl. H. Kamang No. 38, Pondok Labu, Jakarta Selatan (depan Yayasan Pendidikan Diniyah Ibtidaiyah)
> Jam buka: 09.00 - 17.00 WIB (hari besar tutup)
> Telp: 021-7658075/021-7505112
> Tiket masuk Museum Layang Layang Indonesia: 15.000 (Audiovisual, Tour & Membuat Layang); untuk Workshop berkisar antara 40.000 - 60.000 *per September 2016
> Angkot menuju Museum Layang Layang Indonesia:
Naik angkot apa saja yang ke arah Pondok Labu (yang lewat Jl. Fatmawati). Turun di depan toko Bangun Jaya Digital Printing atau Nasi Goreng Pekalongan (setelah SD Pondok Labu, atau sebelum Seven Eleven Pondok Labu, kalau dari arah RS Fatmawati). Dari situ baru lanjut jalan kaki masuk Jl. H. Kamang, kira-kira 600 meter.
Yang naik kendaraan pribadi, ikuti peta di bawah ini.
>  Peta lokasi:

Lokasi di bintang biru. Yang buat peta ngasal 😁