Sabtu, 22 Agustus 2015

Makan Mie Mirip Bungkusnya di Mix Diner & Florist

Mie Instan.
Makanan sejuta umat, favorit semua kalangan masyarakat. Murah meriah, mudah dibuat dan enak rasanya. Di saat harga sembilan bahan pokok selalu berbanding lurus dengan harga BBM dan besaran gaji Pegawai Negeri Sipil, mie instan setia dengan harga yang segitu saja. Tidak akan pernah ada demo ke Presiden Jokowi soal isu harga mie instan.
Para produsen mie instan malah lebih memperhatikan cita rasa, daripada mempersoalkan harga. Eksplorasi cita rasa yang akhirnya menghasilkan berbagai macam varian rasa seperti ayam bawang, rendang, soto betawi, dan lain-lain. Mungkin saja sebentar lagi ada rasa sayur asam, papeda, terong dicabein, atau yang lainnya.

Akan tetapi, sespesial-spesialnya mie instan, dimasaknya ya paling begitu-begitu saja. Sehabis diseduh dengan air panas, dikasih bumbu, terus dimakan. Kalau ada yang mau berkreasi pun, biasanya standar-standar saja, seperti ditambahkan sayuran, irisan cabe, atau telor. Tidak ada yang pernah kepikiran untuk membuat dan menyajikan mie itu mirip seperti gambar yang ada dibungkusnya.
Entah malas karena nanti jadi ribet, atau mungkin karena di panduan cara penyajiannya tidak ditulis "sajikan sesuai bungkusnya ya fellas". Apalagi biasanya orang masak mie instan kan di waktu santai (kecuali anak kosan di saat kantong kosong), jadi pasti maunya yang simple-simple saja, jadi cepat untuk dinikmati. Kalau harus bikin sesuai gambar dibungkusnya itu, ya mending masak yang 'berat-berat', daripada cuma sekedar mie instan saja. Betul tidak sahabat super?

Nah, hal itu oleh Lizta Permata, Sri Gusni, Assed Lussak dan Ali Akbar, para pemilik Mix Diner & Florist, dijadikan sebagai sebuah peluang usaha, yaitu dengan menghadirkan sajian menu Mie Mirip (bungkusnya) di kafe mini mereka. Dan ternyata itu berhasil, karena dari semua menu yang ada di sana, menu Mie Mirip ini paling banyak dipesan oleh para pelanggan yang datang. Mungkin karena penasaran.


Kabar mengenai adanya kafe ini saya dapatkan dari salah satu akun Twitter yang saya follow, yang kebetulan saya lupa nama akunnya. Pokoknya kalau tidak salah akun portal berita online. Ah sudahlah.
Gara-gara baca itu, penasaran juga ingin mencobanya. Dan biar tidak penasaran terus menerus dan berujung gentayangan di pohon beringin terdekat, akhirnya saya pun menyambangi tempat ini. Satu tahun kemudian :D

Letaknya sangat strategis, di persimpangan antara Jalan HR. Rasuna Said, Mampang Prapatan dan Kapten Tendean. Tepatnya di dalam rest area komplek ruko SPBU Pertamina Bestindo Mampang.
Mengusung gaya retro pop(?), desain interiornya kece juga, dengan tempelan poster-poster lawas yang rame tapi tertata dengan baik, dan perpaduan warna-warna cerah pada dinding, meja dan kursi dengan karpet kotak-kotak hitam putih. Pencahayaan ruangannya juga sangat bagus, jadi yang matanya rabun pun tidak akan kesandung.
Walaupun indoor, tapi tetap nyaman untuk berlama-lama di sini. Apalagi playlist musiknya juga non-alay, jadi telinga tidak mungkin belatungan setelah dari sini.


Menu Mie Mirip yang tersedia di kafe ini ada tujuh varian, a.l. Mie Mirip Goreng, Kari Ayam, Ayam Bawang, Rendang, Bakso Sapi, Goreng Jumbo dan Bulgogi.
Saya sendiri mencoba mie favorit saya, yaitu mie goreng.
Tidak terlalu lama menunggu, pesanan saya pun datang. Sepiring mie goreng yang penyajiannya benar-benar mirip seperti gambar yang ada dibungkusnya. Bahkan untuk memastikan kemiripannya tersebut, bungkus mie gorengnya juga dibawa sekalian.

Semuanya lengkap. Ada mie (pasti), telor mata sapi yang matanya agak dipinggir, dua udang, dua potongan tomat, selada, daun sop (entah apa nama yang benarnya :D), acar ketimun dan wortel, taburan kacang polong dan irisan cabe merah. Bahkan piringnya pun sama. Yang kurang cuma logo SNI dan MUI saja. *dikeplak*

Walau sudah tidak terlalu panas (kelamaan plating mungkin), tapi tetap nikmat untuk disantap. Mie-nya pas, tidak terlalu lembek atau kering. Rasanya beda dengan yang asli, karena dikasih tambahan bumbu racikan ala kafe ini sendiri.
Udangnya enak, segar, ada manis-manisnya, seperti air LeMineral yang dari pegunungan itu :p. Telor yang dipakai di sini, kata pelayan adalah telor omega. Dimasak setengah matang, jadi begitu lumer di dalam mulut. Bikin nagih, walau tanpa rasa.
Sementara yang lainnya tetap seperti biasa. Tomat tetap terasa tomat, selada juga tetap terasa selada. Piringnya pun sama, tetap keras dan tidak bisa dimakan.

mirip to kaka ;)
Selain Mie Mirip Goreng, saya juga mencoba dua menu lain yaitu Chicken Lava dan Mochi Ice Cream Strawberry. Kalau Mie Mirip dicoba karena penasaran, yang ini karena perut mungil saya masih lapar ;)

Chicken Lava-nya enak. Rasa asam dari sausnya, memberi sensasi tersendiri saat menyecapnya. Nasi putih saya minta diganti dengan kentang. Gurih dan tidak overcooked. Segarnya salad yang dikasih mayonaise, menjadi pelengkap yang pas.

Sementara itu, Mochi Ice Cream Strawberry-nya juga segar. Tampilannya yang nge-pinky dengan hiasan potongan strawberry diatasnya, terlihat begitu seksi dan membangkitkan nafsu untuk segera menggerogoti segala isinya.
Mochi-nya lumayan besar, dengan tingkat kekenyalan yang pas. Isian es krim yang lembut, begitu lumer di mulut. Pas untuk mengakhiri jelajah rasa di tempat ini.
Ada tiga varian rasa dari Mochi Ice Cream ini, yaitu Greentea, Oreo dan Strawberry.

Chicken Lava
Mochi Ice Cream Strawberry
Selain menu Mie Mirip, Chicken Lava dan Mochi Ice Cream di atas, kafe ini juga menyediakan menu-menu lain, seperti Chicken/Beef Bulgogi, Tempura, Mix Bakso, Ayam Keprek Ancur-47 dengan level pedas dari TK - Profesor, etc. (Main Course); Bandeng Katsu Tanpa Tulang; Frozen Yoghurt, Mix Twigim, Fire Cracker, etc. (Side Dish); Favorite Desserts; Teh tarik, Aloe Vera Ice Tea, Juices, etc. (Beverages).

Dan buat yang ada rencana mau kasih satu truk bunga ke pasangan, bisa juga kesini, karena sesuai dengan namanya, kafe ini juga menyediakan jasa pemesanan bunga, baik dalam porsi besar maupun kecil.



Tabe!

*Data Mix Diner & Florist :

Rabu, 12 Agustus 2015

Heaven is for Real

ã Sony Pictures
Satu lagi film bagus yang saya dapatkan secara tidak sengaja, tersembunyi di deretan film-film populer yang dipajang di rak toko langganan saya di Glodok.
Sama seperti Promised Land, film ini tidak ada di list yang ingin saya beli, tapi judul dan cover-nya yang sederhana menggoda saya untuk membelinya.

Film drama besutan sutradara Randall Wallace ini diadaptasi dari buku bestseller yang ditulis oleh Pendeta Todd Burpo & Lynn Vincent di tahun 2010 dengan judul yang sama, yang ditulis berdasarkan kisah nyata anak si Pendeta tersebut.
Deretan para pemainnya tidak begitu familiar bagi saya. Satu-satunya yang saya tahu cuma pemeran Jay Wilkins, yaitu Thomas Haden Church, yang menjadi The Sandman di film Spiderman 3.

Plotnya simple.
Kehidupan sederhana nan bahagia Todd Burpo (Greg Kinnear), seorang Pendeta di sebuah kota kecil di wilayah Nebraska, tiba-tiba sedikit berubah lantaran anak laki-lakinya yang masih 4 tahun, Colton (Connor Corum), mengalami sebuah pengalaman spiritual yang luar biasa sehabis dioperasi.
Anaknya bercerita tentang kepergiannya ke surga, saat dia sedang dioperasi. Todd dibuat terhenyak, karena anaknya itu bercerita bagaimana dia bisa melihat dokter melakukan operasi pada dirinya, lalu ibunya di ruang tunggu yang sedang menelepon orang-orang untuk berdoa bagi dia, dan ayahnya (Todd) yag sedang memarahi Tuhan di ruangan yang lain.

Di awal, Todd hanya sekedar penasaran dengan cerita dari sang anak. Namun lambat laun hal itu berubah, karena cerita dari anaknya tersebut makin spesifik, seperti bertemu dengan kakek buyutnya (kakeknya Todd) yang bahkan meninggal jauh-jauh hari saat Todd masih balita. Juga bercerita tentang pertemuannya dengan Yesus, menjelaskan secara detail bentuk fisik Yesus yang dia lihat, dan bagaimana suasana di Surga.

Sangat dilematis bagi Todd untuk menentukan apakah cerita anaknya itu benar-benar terjadi, atau hanyalah sebuah halusinasi setelah mengalami mati suri. Hal itu diperparah dengan reaksi para warga yang menganggap hal itu hanyalah sebuah lelucon. Posisinya sebagai seorang pengkotbah di gereja setempat terancam digantikan.
Hubungan dengan istrinya pun mulai sedikit ada pertengkaran-pertengkaran kecil, karena sang istri juga sama seperti yang lainnya, menganggap cerita anak mereka bukanlah sesuatu yang nyata. Namun pendapat sang istri, Sonja (Kelly Reilly), akhirnya berubah setelah mendengar langsung cerita Colton tentang kakak perempuannya yang meninggal saat masih di kandungan, yang katanya ia temui di surga. Padahal tidak ada satu pun orang yang pernah bercerita ihwal kakaknya itu.

Dan pada akhirnya, Todd menemukan sebuah kepercayaan diri untuk memberikan kotbah tentang pengalaman anaknya tersebut kepada khayalak ramai, dan menyatakan dukungannya kepada kisah sang anak, bahwa Heaven is for Real; Surga itu Nyata.

Greg Kinnear dan Kelly Reilly sebenarnya berhasil memainkan perannya masing-masing. Tapi sayang film ini dibuat terlalu sederhana, sehingga suasana dilematis dan konflik batin yang terjadi tidak terlalu terasa.
Sementara Connor Corum yang berperan sebagai Colton Burpo, sangat menggemaskan sekali. Peran utama yang begitu manis :D

Film drama ini memang sangat cocok untuk ditonton bersama seluruh anggota keluarga, dan wajib dikoleksi (menurut saya). *mudah-mudahan masih ada DVD aslinya*
Meminjam kata Holly Mc Clure (Parables.TV) yang tertulis di cover DVD-nya : "It will touch your heart, capture your mind and ultimately impact your life forever!"



Tabe!

* Data film :

Senin, 03 Agustus 2015

Sop Duren Lodaya

"Bro, sesekali cobain deh Sop Duren Lodaya".
Sms teman saya setelah membaca postingan saya sebelumnya tentang Kedai Sop Duren Ciwaru.

Karena penasaran, saya pun akhirnya menyambangi tempat yang dimaksud. Biar tahu rasanya, jadi kalau lagi ngidam sop duren, tinggal ngesot pakai kereta kesana. Karena yang di Serang kejauhan kalau cuma sekedar mau makan sop duren saja.

Lokasinya tepat di Jl. Lodaya I, Bogor. Bertanyalah kalau tidak tahu dimana jalan ini. Kalau malu bertanya, pakailah GPS.
Namun walaupun ada di pinggir jalan, kemungkinan susah ditemukan karena tempatnya tidak besar, begitu pula papan namanya yang tidak begitu mencolok. Agak kasat mata (hantu kali mas :D), susah dikenali, apalagi bagi yang matanya rabun jauh-dekat. Jadi, bertanyalah!


Sangat menggugah selera. Baru melihat gambar-gambar di daftar menunya saja, saya sudah sangat tergiur. Fotografernya berhasil membuat saya ingin menggerogoti buku menu pada pandangan pertama.
Awalnya agak bingung mau pesan yang mana, tapi kemudian saya menjatuhkan pilihan ke menu Sop Durian Lengkap. Alasannya karena ada di urutan pertama :D

Di sini ada dua porsi sop duren, yaitu porsi pas (berukuran kecil) dan porsi mabok yang durennya lebih banyak. Ukuran wadah porsi mabok lebih besar, dengan menggunakan ukuran gelas es campur, sementara porsi pas menggunakan gelas yang lebih langsing.
Nah berhubung saya bukan makhluk pecinta duren, saya pesan yang porsi pas.

Sop Durian Lengkap, dengan porsi pas yang menggunakan gelas langsing ini berisi duren, dengan bongkahan es batu, kacang ijo dan ketan putih, ditambah topping parutan keju, yang dilengkapi dengan roti pandan. Tampilan warna kuning dan hijau dari paket ini memang sangat menggoda.

Sop Durian Lengkap
Entah saya yang terlalu terburu-buru makannya atau bagaimana, tapi tekstur keringnya (karena es batu belum mencair) membuat rasa dari daging buah duriannya jadi lebih pekat. Hal itu membuat saya yang tidak suka duren ini sempat ingin menyudahi saja makannya. Beruntung sedikit dinetralisir dengan gurihnya keju, ketan putih, kacang ijo dan roti pandan yang melengkapi paket ini. Dan saat es batu sudah mulai mencair, dinginnya es pun mengurangi sedikit kepekatan rasa duriannya, walau tidak menghilangkan sama sekali citarasa si durian itu. Originalitasnya masih terasa. Tidak serta merta berubah jadi rasa opor ayam. *dikeplak*

IG: @sopdurenlodaya
Selain paket yang saya pesan di atas, di Sop Duren Lodaya ini, yang sudah memiliki sekitar 18 cabang, juga punya paket menu lain dengan varian topping yang beragam, seperti Sop Durian Special, Sop Durian Regal, Sop Durian Oreo, Sop Durian Ketan Hitam, Sop Durian Brorry (Brownies + Strawberry), Sop Durian Anggur, Es Cendol Durian dan Sop Durian Buah.
Menu-menu yang membuat saya ingin kembali kesana dan mencicipinya.

Menu lain (IG: @sopdurenlodaya)
Selain itu, ada juga menu-menu lain seperti kentang goreng, roti goreng, etc.
Untuk cabang-cabangnya sendiri, Sop Duren Lodaya ini sudah tersebar di beberapa kota seperti Jakarta, Depok, Bekasi, Sukabumi dan Yogyakarta.


Tabe!