Kamis, 31 Maret 2016

Tetaplah Berdoa

Tulisan ini saya dapatkan di Facebook Page Gereja Katolik. Tapi sepertinya bisa juga menjadi bahan renungan bagi siapapun.

> <

Tetaplah berdoa walaupun doamu sudah terjawab.

Tetaplah berdoa walaupun doamu belum terjawab.

Tetaplah berdoa walaupun doamu terasa tidak mungkin terjawab.

Tetaplah berdoa walaupun telah habis kesabaran dan tenagamu.

Tetaplah berdoa walaupun kau sendiri tidak percaya dengan doamu.

Tetaplah berdoa karena hanya dengan doa, hidup terasa dekat dengan Allah penciptamu.

Tetaplah berdoa...

*Instaurare Omnia in Christo*

Sabtu, 19 Maret 2016

Kopi Oey Sabang

Nuansa lawas akan langsung terasa saat sudah masuk ke dalamnya. Deretan poster-poster jadul terpajang di dinding sekeliling ruangan. Lampu-lampu gantung dari sangkar burung yang unik, juga interior ruangan yang dibuat semirip mungkin dengan suasana kedai kopi zaman dahulu, ketika Wong Fei Hung masih perjaka. Alunan lagu keroncong yang mendayu-dayu membuat syahdu suasana, dan menegaskan ke-jadul-annya.

Kopitiam yang resmi dibuka sejak bulan April 2009 ini memang mengusung 'misi' mengangkat kearifan lokal masyarakat peranakan Tionghoa (Hokian) melalui kultur kongkow-kongkow cantik sambil ngopi dan maju mundur cantik.
Tempatnya yang kecil membuat setiap orang yang kesini akan merasakan suasana hangat penuh keakraban, selayaknya kopitiam baheula. *dengan catatan serombongan yang datang tidak sibuk dengan hapenya masing-masing :D



Dan selayaknya kedai kopi pula, kopitiam milik Pak Bondan 'Maknyos' Winarno ini tentu menyediakan berbagai jenis menu kopi. Ada Kopi Toebroek Djawa, Kopi Saring atawa Kopi-O, Kopi Taloea Boekittinggi (kopi saring dengan telor ayam mentah), Kopi Wiener Malange (kopi yang dicampur dengan es krim vanila), dll. Sementara single origin yang tersedia di sini ada Aceh Gayo, Toraja Kalosi, Bali Kintamani, Flores Bajawa dan Temanggung.

Selain itu, di Kopitiam Oey ini juga tersedia menu Kopi Soesoe Indotjina. 'Perkawinan' siri antara kopi hitam yang pekat dengan susu kental. Disajikan menggunakan alat manual coffee brewing; Vietnam Drip.
Rasanya sangat 'kuat' sekali. Jadi bagi yang tidak suka, sepertinya harus menambahkan gula. Atau pakai es yang disediakan (untuk yang mau dijadikan kopi es), sehingga bisa sedikit menetralisir kepekatan rasa kopi itu.

Vietnamese Drip
Oh iya, btw anyway busway capcay somay, semua kopi di sini baik jenis robusta maupun arabika, menggunakan kopi Aroma dari Bandung.

Kopi Soesoe Indotjina
Selain menu kopi, kedai yang berada di dekat lampu merah prapatan Jl. H. Agus Salim - Jl. Kebon Sirih, sebelah restoran Holycow, belakang Wisma Mandiri ini juga menyediakan berbagai jenis kuliner ala masyarakat peranakan seperti Lontong Cap Go Meh dan Gado-Gado Bonbin. Namun, tidak mengesampingkan makanan khas nusantara seperti Sate Ayam Ponorogo, Soto Tangkar, dll.
Ada juga menu-menu tanggung a.k.a kudapan ringan seperti Pisang Bakar/Goreng Tjoklat Kedjoe, Pempek Kapal Selam, Singkong Sambel Roa dan Loempia, juga Roti Bakar Kedjoe Srikaja yang rasanya begitu legit. Tidak terlalu manis. Pendamping yang pas bagi si kopi susu tadi.

Roti Bakar Kedjoe Srikaja
Kalau datangnya pas jam makan siang, menu-menu makanan berat seperti Nasi Rames Bonbin, Nasi Birjani dan Nasi Tjaptjai Babah Oey siap untuk dilahap sesuka hati.
Asal siap hepeng saja ;)



Tabe!


PS :
* Alamat: Jl. H. Agus Salim No. 16 A, Jak-Pus
   Buka: Minggu - Kamis: 07.00-23.00; Jumat & Sabtu: 07.00-24.00.
   Telp: 021-31934438
   Email: manager@kopitiamoey.com
   Web: kopioey.com
   FB: kopioey
   Twitter: @kopioey
   IG: @kopioey

Sabtu, 05 Maret 2016

Menyepi di Perpustakaan Freedom

Udara yang sejuk langsung terasa saat saya mulai memasuki halaman Wisma Proklamasi. Teriknya matahari terhalang oleh rimbun pepohonan di sekeliling Wisma. Beberapa muda-mudi tampak sedang mengobrol di taman kecil, di bawah pohon besar yang entah apa namanya.
Suasana Wisma Proklamasi ini memang begitu tenang sekali.

Lebih tenang lagi saat sudah masuk ke dalam lantai dasar Wisma yang dijadikan sebagai perpustakaan umum. Semua orang sibuk dengan bacaannya masing-masing. Yang sedang berdiskusi pun hanya dengan berbisik satu sama lain.
Pemandangan yang mungkin sudah umum di setiap perpustakaan manapun.


Namun, 'wujud' perpustakaan yang biasanya monoton dan membosankan, tidak terlihat di sini. Suasananya begitu hangat, pencahayaannya sangat baik dan deretan rak-rak penuh buku yang penataannya rapi dan jelas. Desain interior yang modern, menjadikannya terlihat lebih seperti kantor ketimbang perpustakaan, dengan ruang baca yang begitu lapang, sehingga membuat nyaman setiap orang yang sedang membaca buku di sini. Jaringan wi-fi gratis yang disediakan, mewakili 'era kekinian'.


Saya, walaupun suka membaca, tapi sangat jarang sekali ke perpustakaan. Karena label membosankan tadi, kalau berlama-lama membaca di perpustakaan. Terakhir mungkin tujuh atau delapan tahun lalu, saat sedang mencari bahan untuk menulis skripsi. Saya lebih memilih duduk di atap kosan-di sore hari-kalau mau membaca buku.

Tapi tidak dengan Perpustakaan Freedom ini.
Di salah satu sudutnya, dengan tenang saya membuka lembar demi lembar novel Pohon-Pohon Sesawi, berusaha menyelami isi pikiran dan konflik batin Romo Mangun dalam perjalanannya sebagai seorang Imam Katholik, yang dituangkan dalam karya sastra terakhirnya itu.
Merasakan 'harum' buku usang, yang sensasinya tidak bisa diberikan oleh e-book. Entahlah, mungkin saya memang manusia baheula yang masih merasa asing membaca buku dengan hanya mengusap-usap layar smartphone. Walau saya juga menyadari akan banyaknya pohon yang harus ditebang untuk pembuatan kertas-kertas itu.


Novel yang begitu jenaka, membuat saya sangat menikmatinya. Cekikikan sendiri. Menahan agar tidak tertawa lepas, sehingga tidak mengganggu yang lainnya.
Kejenakaan yang lantas mengalihkan saya dari penatnya rutinitas harian, 'kubikel syndrome' dan rongrongan bertumpuk-tumpuk berkas. Membawa saya sejenak menjauhi 'dunia' yang penuh dengan ketergesa-gesaan dan tekanan atas nama profesionalisme kerja, yang tidak jarang membuat hati bersungut-sungut mengeluh.

Perpustakaan Freedom ini menjadi tempat menyepi yang begitu syahdu.

Segelas Cappucinno hangat racikan Kafe Proklamasi pun melengkapi hari ini. Menemani saya, saat malam mulai menyelimuti kota Jakarta.

Selamat Malam Jakarta!


Tabe!


PS:
- Perpustakaan Freedom berada di Wisma Proklamasi (Freedom Institute), Lt. Dasar, Jl. Proklamasi No. 41, Menteng, Jakarta Pusat. Tepat di depan Tugu Proklamasi.
Telp. 021-3100349
Email : perpustakaan@freedom-institute.org
Twitter : @perpus_freedom

- Buku-bukunya tidak bisa dipinjam, tapi bisa difotokopi.