Sabtu, 21 Desember 2013

Mendung Negeriku

Mendung menggelayut pekat di cakrawala
Menemani kemelut negeri para bedebah
Lintah-lintah kotor menggerogoti setiap sisi
Belatung-belatung menjijikkan menikmati yang sisa

Kaum-kaum munafik mengangguk setiap kata penguasa
Pragmatis Najis
Idealisme, Humanisme, hanyalah kulit tipis badani
Mudah terkoyak di hadapan iming-iming materi

Penguasa tak lebih seonggok daging sisa kompeni
Para pemuka, pemangku, hanya versi modern kaum Farisi
Orang-orang bodoh, berkoar-koar dalam kerlip lampu kamera tivi
Wakil-wakil berdasi cuma tikus berlumuran tahi

Aktivis bertransformasi jadi sosialita yang asyik bergosip ria
Para penggiat cinta masih saja memilah-milah
Rakyat oh rakyat, kasihan sampeyan

Mendung Negeriku Kapankah Berlalu?


-Paul de Chivo-
Kos Mabes, 18 November 2013

Jumat, 20 Desember 2013

Rima Rindu

Menanti sang kereta senja dalam derasnya badai
Dingin menelusuk membekukan trombosit di setiap nadi
Deretan bangku-bangku kosong berkarat menemani
Sepi
Sesekali petantang petenteng PKD on duty

Terbersit ingatan akan dirimu
Menanti di ambang pintu dengan senyum tersipu
Berbalut gaun malam dan sedikit polesan gincu
Di balik rambut yang terurai, tampak giwang pemberian ibu

Wangi Delices de Cartier membius raga dan jiwaku
Hasrat cinta memuncak, bergejolak
Ingin ku jamah setiap inchi tubuh itu
Menggapai fase asmara paling puncak

Ah Dinda, Aku Rindu!


-Paul de Chivo-
Stasiun Bogor, 7 November 2013

Senin, 02 Desember 2013

Rima Rimba

Dor!
Polisi diterjang peluru
Siapa si pemburu?
Siapa sebenarnya yang diburu?
Apakah ada hidden agenda baru?
Teroris?
Anti police?
Zionis?
Politis?
Semua boleh berspekulasi
Apapun. Ini sudah terjadi
Aiptu Kus Hendratna. Tewas!
Bripka Maulana. Tewas!
Bripka Sukardi. Tewas!
Gugur bunga kusuma bangsa
Nusantara bak rimba belantara


-Paul de Chivo-
Busway, 11 September 2013