Jumat, 19 Juli 2013

Pemuda Bicara Perubahan

Kali ini sedikit serius bahasannya (mudah-mudahan). Saya ingin me-review bukunya Pandji Pragiwaksono : Berani Mengubah (entah ini termasuk book review atau bukan). Kalau ini termasuk book review, berarti this is the 1st time. Kalau bukan, ya udah lah ya. hehe

Om Pandji ini menurut saya adalah salah satu dari sekian banyak pemuda terbaik yang dimiliki Indonesia saat ini. Kenapa saya bilang banyak? Karena memang banyak :D, hanya saja rezim media kita saat ini cuma menjejali otak kita dengan segala hal yang menimbulkan sifat skeptis dengan Indonesia, khususnya generasi muda.

Dia (Pandji) memberikan banyak inspirasi buat pemuda Indonesia yang lain, lewat karya-karyanya seperti Nasional.Is.Me, Merdeka Dalam Bercanda, Berani Mengubah (buku); bit-bit yang berkualitas dan mendidik saat beraksi sebagai komika (Stand Up Comedy); rima-rima ciamik dan nasionalis di lagu-lagunya (HipHop); kepeduliannya dengan anak-anak penderita kanker (pendiri YPKAI); tulisan-tulisan di blognya yang sering saya baca :D; etc.
Jadi, bagi kalian yang hanya mengenalnya dari acara Kena Deh!, berarti anda belum move on.
Oh iya, kami sama-sama fans MU lho (out of context. lupakan).

Pujian saya diatas sejalan dengan pendapat dari beberapa orang di halaman awal buku Berani Mengubah ini. Yang paling saya suka itu pendapatnya Wahyu Aditya (HelloMotion), yang menjadikan nama PANDJI sebagai akronim dari Produktif, Aktif, Nasionalis, Dedikasi, Jujur, Inspiratif. Cucoook cin!

Oke, cukup puja-pujinya, sebelum si Pandjistelroy nyebur ke laut dan lupa daratan :))

Back to the topic!

Baru membaca bab paling awal (Setelah Nasional.Is.Me), yang bisa dibilang bab prakata (mudah-mudahan benar), saya seakan ditampar oleh guru Bahasa Inggris saya di SMP yang punya telapak segede gaban.
Damn! I'm doing nothing for this country!
Saya masih sekedar bermimpi untuk membuat sebuah perubahan, tapi belum bisa melakukan sesuatu. Masih berkutat dengan permasalahan pribadi saya sendiri. hhmm...
"Apabila Anda siap berjuang, silahkan masuk ke halaman pertama untuk memulai perjuangan Anda", ini adalah sebuah tantangan dari Om Pandji, yang sebenarnya (menurut saya) bukan hanya 'perjuangan' untuk membaca buku ini sampai habis, tapi ada arti tersirat dibaliknya yaitu memulai perjuangan untuk Indonesia yang lebih baik.

Dan, ternyata halaman berikut buku ini memang menunjukkan bahwa buku ini serius dan menuntut 'perjuangan' untuk membacanya, terutama bagi kaum alay.
POLITIK. Sesuatu yang dulu (sebelum masuk kuliah) selalu saya jauhi, karena takut mengurangi kualitas hidup saya yang ciamik dan penuh canda tawa.
Ajakan Pandji dalam bab ini untuk mengenal politik lebih jauh, memang ada benarnya. Karena kita tidak akan terlepas dari kebijakan-kebijakan politik penyelenggara negara, yang tentunya berpengaruh pada hidup kita kapanpun dan dimanapun kita berada, sebagai warga negara Indonesia. Dan saya sudah menyadari hal itu sejak kuliah, sehingga saya menjadi lebih peka dengan hal-hal berbau politik, juga tingkah pola para politisinya.
Bagaimana bisa negara ini maju (seperti harapan kita semua), jika kita memilih penyelenggara negara yang salah? Itulah kenapa kita harus tahu dan mendalami politik. Kita harus bisa mengetahui siapa yang benar-benar tulus dan siapa yang hanya ingin meraih keuntungan lewat jabatan. Kita juga harus tahu siapa yang pantas dipilih dan siapa yang tidak pantas. Kita harus bisa lebih peka dengan praktek politik busuk, money politics, politik pencitraan dan sejenisnya, yang justru sekarang ini lagi gencar-gencarnya dilakukan oleh tikus-tikus berdasi itu. Juga lobi-lobi politik oleh partai dalam pengambilan keputusan, yang bagi orang awam mungkin akan mengira itu adalah bentuk keberpihakkan pada rakyat, padahal ada agenda kepentingan partai dibelakangnya.
Seperti kata Om Pandji, "Semakin kita buta politik, semakin mereka memanfaatkan kebutaan kita".

Hal yang tidak kalah penting dari politik adalah kesadaran hukum.
Ceritanya Om Pandji tentang tilang itu adalah satu dari sekian banyak masalah sepele yang memiliki efek sangat besar ke depannya. Bagaimana kita bisa punya penegak hukum yang bersih, kalau dikit-dikit 'damai'. Coba lihat akibatnya. Bahkan walau kita tidak minta 'damai' pun, kadang polisinya sendiri yang menawarkan. See?
Bagaimana dengan penyusunan RUU di DPR, yang rentan adanya 'pasal titipan'? Atau penegakkan hukum di Indonesia yang juga masih 'melapangkan' praktek 'jual-beli kasus'. Semakin kita tidak peduli, akan semakin lemah penegakkan hukum di negara ini, sehingga akan semakin merajalela pula kejahatan dan ketidakadilan. Apalagi, sisi negatif manusia kan memang sudah tertanam dalam diri, jadi kalau ada waktu yang pas dan semesta mendukung, jadilah itu barang. hehe
Benar tuh kata Glaucon, kalau manusia hanya akan berbuat baik dan adil dalam hidup, ketika ada dihadapan orang lain. Kalau kata Bang Napi mah kejahatan terjadi karena ada kesempatan atuh. Waspadalah! :D

Selain kedua hal diatas, yang tidak kalah penting juga adalah masalah ekonomi.
"Political reform starts from economical reform". Yapz, ekonomi adalah elemen penting dalam penyelenggaraan suatu negara. Simpel-nya, untuk jadi negara yang maju itu butuh duit (mau cewek cakep aja mesti berduit kan :D). Nah disitulah peran dari si ekonomi ini. Jika kebijakan pemerintah bisa menyebabkan perubahan ekonomi yang lebih baik, maka rakyat akan lebih makmur, pendidikan lebih terjangkau, masyarakat jadi cerdas dan kritis, sehingga negara kita bisa menjadi negara yang hebat.
Dan untuk mewujudkan hal-hal itu, yang harus kita lakukan adalah lebih giat dalam mengontrol kebijakan-kebijakan pemerintah. Itulah kenapa kita dituntut untuk punya kepekaan dan kesadaran akan politik tadi.

Tapi, kesadaran itu tidak akan bisa timbul dalam diri kita, bila kita sendiri tidak mengenal negara Indonesia dengan baik. Gimana bisa cinta, kenal aja kagak. Ya kan?. Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka pasti dicuekkin, diselingkuhin, dianggurin, dijerukin, ditomatin. Apalagi ketidaksadaran itu justru sangat akut dalam diri wakil rakyat kita sendiri. Hal yang membuat daerah-daerah diluar (maaf) Pulau Jawa, seperti sangat jauh dari radar pemerintah pusat, sehingga pembangunan daerah seolah hanya mimpi di siang bolong. Dalam hal ini, saya juga menyalahkan diri sendiri yang belum bisa berkontribusi untuk membangun kampung saya di Flores sana. Saya sama seperti orang-orang lain, yang ingin meraih kesuksesan pribadi, dan menganggap bahwa kota Jakarta adalah tempat kesuksesan itu berada. Damn!
Dan, ketimpangan-ketimpangan yang terjadi di negara kita ini, bisa sedikit demi sedikit dikurangi jika kita bahu membahu membantu sesama bangsa ini, demi terciptanya keadilan sosial yang merata.

Sayang, hal tersebut sepertinya masih belum bisa terwujud. Persatuan dalam ikrar Bhineka Tunggal Ika dan Sila ke-3 Pancasila, seakan hanyalah sebuah slogan pemanis yang tidak punya arti apa-apa.
Masih banyak masyarakat Indonesia yang belum bisa menerima perbedaan ini, entah itu ras, suku atau agama. Lihat saja kalau bertemu dengan orang baru, pertanyaan seputar orang mana atau agama apa, masih sering kita dengar. Seharusnya (menurut saya), tidak perlu lagi pertanyaan seperti itu, kalau kita semua sudah merasa sebagai sesama bangsa Indonesia.
Fanatisme agama mungkin yang paling mencolok diantara semuanya dan yang lebih tinggi potensi konfliknya. Kasus Alexander (seperti diceritakan di buku ini), adalah bukti bahwa kita belum bisa menerima perbedaan.

Maka dari kondisi masyarakat Indonesia yang seperti itu, kita sebagai generasi muda dituntut untuk mulai memikirkan dan berani memutuskan untuk mau mengubah Indonesia, lewat kegiatan apapun yang memang sesuai dengan passion kita masing-masing.
Kenapa harus sesuai passion? Karena dengan begitu kita akan bisa lebih enjoy, tetapi juga fokus dalam melakukannya, sehingga hasilnya tentu akan luar biasa. Seperti kata Om Pandji, "Berani Mengubah juga berarti harus Berani Fokus". Dan hal itu sudah dibuktikkannya dengan mendirikan Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia (YPKAI) sejak 2006, untuk mengurus anak-anak pasien kanker.
Selain yang dilakukan Pandji, kita bisa mencontoh dan mengambil inspirasi dari orang-orang tua seperti Ni Nyoman Suparni, Kak Lung, Pak Syamsudin dan Bu Indrawati Sambow, sosok-sosok pahlawan perubahan yang mengorbankan kenyamanannya demi membuat orang lain merasa nyaman.
Atau ide-ide dari para pemuda Berani Mengubah seperti Umen (Operasi Semut), Jessica Farolan (Smile For The Future), Kojek (#SKUBYB), Alika (LANDA Center) dan Damar (Dapur Kita). Juga bisa mengambil inspirasi dari Bapak Anies Baswedan dengan program Indonesia Mengajar-nya, Glen Fredly dengan Voice Of The East, dan masih banyak lagi yang lainnya (yang tidak pernah diliput media).

Dan, dengan perubahan kecil yang kita mulai, harapannya semoga perlahan dunia mulai mengenal kita sebagai bangsa yang besar, karena memang begitulah kita adanya, bukan hanya hal yang negatif saja. Kita bukan bangsa teroris (ingat MU yang batal main di Indonesia karena ulah ter-kampret-oris itu? atau musisi-musisi yang membatalkan konsernya karena merasa tidak aman? Damn!).
Kita juga bukan pecundang, seperti kata pendaki asing yang meremehkan tim 7 Summits Indonesia, dengan mengatakan kalau "You're very small". Hal itu harus kita bantah dengan menunjukkan kalau kita ini "Kecil-Kecil Cabe Rawit". Biar imut tapi pedes banget!
Dan, semuanya itu pasti bisa kita lakukan, karena kita punya potensi. Seperti kata Pandji, kita hanya perlu Kepercayaan Diri, Kemauan dan Pemimpin, sehingga dengan begitu kita bisa berinisiatif untuk membangun Indonesia.
Memang butuh waktu, tidak instan. Tapi kalau tidak pernah ada action, pasti tidak akan terwujud bukan? So, saatnya kita beraksi kawan!

Terus apa yang harus saya lakukan agar bisa mengubah Indonesia?
Pertanyaan yang muncul setelah membaca buku ini.
Sebuah tantangan yang diberikan Pandji kepada orang (khususnya pemuda) yang membaca buku ini. Tantangan dari seseorang yang tidak hanya berwacana tapi sudah beraksi. Semoga saya bisa mulai melakukannya, dan menjadi bagian dalam perubahan itu. Dan semoga pemuda Indonesia yang lain, yang belum melakukan sesuatu untuk Indonesia (seperti saya) pun juga ikut memulai aksinya.
Jadilah anak nongkrong yang berkualitas. Jangan hanya ngomongin gadget terbaru atau galau berjamaah.
Keren lagi, kalau pas lagi nyruput slurpee di Sevel atau 'cuci jemur' di Dahsyat, sambil ngobrolin ide untuk membangun bangsa. hehe
Karena .................

Indonesia memang butuh KITA.

Indonesia butuh PEMUDA.

MARI MENGUBAH INDONESIA..!!!!!!!

Sabtu, 13 Juli 2013

Bulan Puasa

Hari Rabu kemarin ditetapkan sebagai awal bulan puasa (1 Ramadhan 1434 Hijriyah) bagi umat muslim, oleh pemerintah (setelah sidang Isbat hari Senin lalu). Walaupun ada perbedaan dengan Muhamadiyah, tapi dengan penetapan pemerintah itu, maka umat muslim Indonesia mulai menjalankan rukun Islam ketiga itu, sampai hari raya Idul Fitri bulan depan nanti.

FYI : Di agama Katholik (kebetulan saya penganut Katholik), juga ada hukum untuk berpuasa (dan berpantang) selama 40 hari, sebelum Hari Raya Paskah.

Kembali ke pembahasan tentang bulan puasa.

Suasana bulan puasa ini baru saya rasakan saat saya tinggal di Jakarta. Maklum, di kampung saya mayoritas Katholik. Bahkan suara adzan pun hanya saya dengar saat siaran adzan Maghrib di TVRI. Saya baru punya teman muslim pada saat saya SMA di kota Maumere (ibukota kabupaten Sikka) itu pun tidak banyak, dan bisa mendengar adzan Dzuhur dari Mesjid di samping sekolah, yang mungkin satu-satunya di kota saya itu.
Pada saat bulan puasa pun tidak seperti di Jakarta atau daerah mayoritas muslim lainnya, maklum di sekolah tidak banyak siswa-siswa muslim. Di angkatan saya pun jumlahnya tidak sampai 15 orang, dari ratusan siswa-siswi yang ada. Jadi bisa dibayangkan, suasananya pasti tidak seperti bulan puasa. Suasana itu baru terlihat saat mereka memenuhi Lapangan Kota Baru, untuk sholat ied di hari Idul Fitri.

Baru setelah di Jakarta, saya akhirnya bisa merasakan bagaimana suasana bulan puasa ini.
Pagi-pagi ada orang (didominasi anak kecil) yang berkeliling dan berteriak membangunkan warga untuk sahur, sambil membunyikan tong atau benda yang lainnya.
Teman-teman saya yang jadi rajin ke Mesjid/Mushola terdekat (padahal sebelumnya ogah-ogahan) untuk sholat. Persis seperti segelintir orang di kampung saya, yang baru keliatan batang hidungnya di Gereja saat Natal dan Paskah saja. hehe. Manusia tidak ada yang sempurna. Dimaklumi saja. Lebih baik masih sempat dilakukan (berdoa/sholat), daripada tidak sama sekali.
Juga suasana saat mulai ngabuburit sampai buka puasa, yang sepertinya ada sensasi tersendiri :D

Yang saya tunggu-tunggu di bulan puasa itu saat ada ajakan teman-teman untuk bukber (buka puasa bersama). Apalagi kalau buka bersama yang diadakan oleh Senat, BEM, senior yang sudah jadi pejabat, sebuah institusi atau yang lainnya. Maklum, saya mahasiswa kere, jadi ajang makan dan perbaikan gizi gratis seperti itu tidak boleh dilewatkan. hehe.
Nah, biasanya kalau diajak bukber seperti itu, saya pun kadang ikut berpuasa seharian, biar bisa sama-sama merasakan 'sensasi' buka puasa tadi :D. Dan memang saat buka puasa itu rasanya gimana gitu. Pas lagi benar-benar lapar dan haus, trus masuk es kelapa muda/kolak. Segar. Nikmat. Damai. Ciamik. Sensasional. Cetar membahana badai.
Saya jadi membayangkan bagaimana perasaan seorang musafir di tengah padang gurun yang panas, saat menemukan sebuah oase. Bisa-bisa airnya dihabiskan. hahaha

Yang lucu waktu bukber, itu pada saat mencari makanan berbuka (tajil). Banyak sekali kemauan masing-masing (biasanya sedikit berdebat) padahal sudah on the spot, sampai akhirnya terdengar adzan Maghrib (tanda berakhirnya puasa), dan terpaksa buka puasanya pakai Aqua gelas.
Tapi, 3 ronde berikutnya adalah 'surga'.
Menikmati es buah/es kelapa muda/kolak/es pisang ijo/gorengan + es teh manis (ronde 1).
Trus dilanjutkan dengan makanan 'keras', yaitu kolaborasi antara karbohidrat, protein, lemak, vitamin, zat besi, seng, aluminium, tembaga, batubara (komposisi ciamik, 4 sehat 5 sempurna), yang biasanya mem-begah-kan :D (ronde 2).
Terakhir, makanan 'ringan' seperti roti bakar keju/pisang coklat/bubur kacang ijo/mie yamin/es krim/es duren/capuccino, sebagai 'pencuci mulut' (ronde 3).
Kadang berlanjut ke ronde-ronde berikut, apalagi bagi mereka yang memaknai puasa sebagai menahan untuk tidak makan 12 jam, sehingga buka puasa adalah ajang pembalasan dendam kesumat. hahaha

Saya jadi berpikir mengenai orang (muslimin) yang 'benar-benar berpuasa'. Bagaimana untuk tidak hanya menahan rasa haus dan lapar, tapi juga menahan godaan-godaan duniawi lainnya. Macetnya lalulintas, body bohai, hot pants, tanktop, rok mini, paras aduhai, paha mulus, orang-orang menyebalkan, suck life, udara panas, uang tip, tumpukkan kerjaan, dll, semua godaan yang bisa menimbulkan pikiran, ucapan dan tindakan negatif, sehingga membatalkan ibadah puasa ini.
Butuh iman super sih menurut saya, untuk menjalankan ibadah puasa yang benar. hehe *maaf kalau saya sotoy

Beberapa tahun belakangan ini, setelah bekerja, 'orientasi' saya di bulan puasa ini sedikit bergeser. Tidak lagi ingin merasakan bagaimana berpuasa dan berbuka, tapi lebih menjadi saat untuk saya menggemukkan badan. hahaha
Saya bisa makan berkali-kali di saat puasa.
Pagi-pagi saat terbangun karena ajakan sahur, baik dari Mesjid maupun teriakan anak-anak yang keliling gang, saya 'terpaksa' ikut sahur. Jam 9, seperti biasanya saya sarapan di kantor, kemudian jam 12 istirahat makan siang. Setelah pulang kerja, karena tergoda oleh jejeran makanan berbuka, yang biasanya 'menjamur' sepanjang gang ke arah kosan, saya pun ikut berbuka. Belum lagi saya wajib menjalani ritual harian dengan nge-teh + gorengan sambil dengerin alunan musik reggae yang syahdu. Setelah itu saya pasti makan malam, dan terakhir sebelum tidur biasanya 'nongkrong' sebentar di Warung Bubur Kacang Ijo. Sudah berapa kali tuh saya makan seharian. hehe
Jadi, kalau kawan-kawan umat muslim di bulan puasa ini berharap mendapat berkah dan pahala, maka saya berharap mendapat berat badan yang naik. hahaha

Sedikit sotoy lagi.
Bulan puasa itu menurut saya adalah saat dimana umat muslim menyiapkan diri menjadi 'manusia baru', saat untuk membersihkan diri dari hawa nafsu dan dosa, saat untuk introspeksi diri, saat untuk menumbuhkan cinta kasih kepada sesama dalam diri, dan tentunya yang paling penting adalah saat untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan Nabi Muhammad.
Jadi, ibaratnya abis main, badan kotor, keringatan, berdaki dan bau apek, kini saatnya untuk mandi dan membersihkan diri biar segar, wangi, ganteng/cantik, dan tidur pun bisa nyenyak :D

Akhirnya saya ingin menyampaikan kepada kawan-kawan umat muslim dimana saja anda berada :
"SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA"

Jumat, 05 Juli 2013

Rangga Menggadaikan Cinta

Sabtu pagi yang cerah. Rumput bergoyang dihembus semilir angin. Sinar mentari menerpa wajah Rangga saat membuka jendela.

"Selamat pagi dunia", katanya.

Dia lalu menghampiri meja belajarnya, dan meraih radio butut hadiah dari bokap, saat ulang tahunnya yang ke-10, hampir 10 tahun yang lalu. Saking tuanya, merk radio itupun udah gak bisa kebaca lagi.
Mustang Double Eight, channel radio favorite langsung mengudara. Just the way you are dari Bruno Mars terdengar begitu indah, menambah semangat pagi ini.

Rangga langsung kepikiran sama sang pujaan hati, bidadari manis di ujung gang komplek, Cinta. Itu lagu kesayangan si Bee, panggilan sayang Rangga buat sang pacar.
Gak pake lama, doi langsung nelpon Cinta. Padahal semalam baru aja telpon-telponan sampai kuping panas, batrei bengkak, chasing copot, keypad rontok, gusi berdarah, hidung mimisan, ................
Eh buset, penulisnya lebay nih. Tamparin dikit, plaaaaakk!

Kembali ke cerita...
Bedanya, kali ini pake telpon rumah. Batrei gak mungkin bengkak. Tagihan telpon yang bengkak. Pipi juga sih, karena digampar bokap.

"Halooo", suara Cinta yang khas, halus kayak motor pake oli Top-1, langsung terdengar diujung telpon.
Sambil cengar-cengir Rangga nanya, " Kamu lagi apa Bee sayang?".
"Aku lagi sarapan sayang", jawab Cinta mesra, padahal lagi ngupil.
"Owh. Sayang kamu makannya ati-ati ya, jangan ampe keselek. Kalo kamu keselek, nanti aku jadi sedih sayang", Rangga ngemengnya mulai lebay.  Tamparin juga nih.
"Oh iya. Kamu dengerin Mustang gak sekarang sayang?. Yang diputerin just the way you are lho sayang", lanjut Rangga.
"Astaga. OMG. Oh no. Oh yes. Bruno Maaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrss!!", Cinta berteriak histeris kayak kerasukan setan alay.
"Tapi aku gak bisa dengerin sekarang. Radio gak punya. BB lowbat gak bisa muter MP3. Paket internet abis gak bisa streaming. Oh tidak!", kata Cinta datar.
"Oh cupcupcup. Jangan sedih ya sayang. Ganbate!", Rangga sok-sokan care.
"Dengerin lagu itu aku jadi kangen deh ama kamu. Muaaaach!", Rangga kembali lebay.
"Aku juga kangen kamu. Muuaaaaaachh!!!", Cinta lebih lebay lagi.

Tut...Tut...Tut...Tuuuuuuuuuuuuuuuutt.........

Telponnya mati. Rangga bingung. Tiba-tiba.......

"Anak kampreeeeeeeett. Pagi-pagi udah telponan gak jelas. Setaaaaaaaann!", bokapnya teriak-teriak dari luar, kayak aktivis lagi orasi tolak BBM naik. Mudah-mudahan sih gak bentrok ye.

---------------------------------------------

Tepat jam 7 malam, Rangga udah necis abis. Rambut klimis. Dandanan kayak selebritis.
Maklum malam minggu bro, waktunya kunjung pacar tercinta pujaan hati cetar membahana badai weleh-weleh.

Doi jalan santai, maklum cuma di ujung gang. Sambil bersiul, dia bayangin mukanya Cinta yang mirip Asmirandah, bibirnya yang imut-imut legit kayak bolu kukus, trus mereka duduk berduaan, rambutnya Cinta dielus-elus, trus peluk-pelukan, cipok-cipok dikit dan ........................, ah sedap bener.

TAPI....

Pas nyampe depan rumah Cinta, tiba-tiba langit mendung. Awan menghitam. Bumi gonjang-ganjing. Petir menggelegar. Kilat sambar pohon kenari. Sepertinya mau hujan.
Rangga diam membisu, kaku, kena stroke stadium awal, setelah melihat tontonan di depan matanya. Mimpi apa dia semalam. "Mimpi naik kuda putih, trus jalan-jalan di pantai bro", jawabnya dalam hati :D
Di teras, duduk Cinta bersama seorang laki-laki, yang ternyata teman kampus mereka, si Otong. Ketua Senat Hukum. Pintar. Ganteng kayak Christian Sugiono dicampur dikit sama Paul de Chivo.
Mereka mesra banget. Becanda. Ketawa. Pegang-pegangan tangan. Remas-remasan. Cubit-cubitan. Peluk-pelukan. Cium-ciuman.
Untung gak sampai gitu-gituan.

Gilaaaaaaaaaaaaaaaaa!!

SI KAMPRET SELINGKUH..!!

Rangga bagai disayat sembilu. Hatinya hancur berkeping-keping, kira-kira 12 keping lebih dikit. Daun bunga kamboja didepannya jadi sasaran. Langsung dimakan gak pake sambel. Terasa pahit.

"Mungkin ini yang namanya sakit hati. Rasanya pahit", gumam Rangga pasrah. hiks...hiks...

Doi langsung pulang dengan langkah gontai. Galau tingkat dewa yang tinggal di langit ketujuh agak ke kiri dikit.
Pengen mabok biar stres hilang, tapi takut muntah, kamarnya jadi bau, ngepelnya malas.
Dipaksain tidur tapi gak bisa, padahal udah pake teknik menghitung jumlah kristal yang ada di Planet Krypton. Bahkan dia sampai coba menganalisa kenapa gigitan laba-laba bisa merubah Peter Parker jadi Spiderman. Tetap gak bisa tidur. Galau sangadh..!!!
Akhirnya, setelah nyalain TV dan nonton pidato Presiden SBY di TVOne, baru Rangga bisa tidur. Pulas banget malah.

Besok paginya, radio Mustang kembali memutar lagu kesayangan Cinta, Just the way you are. Siaaaal...!!
Rangga langsung menutup telinga dengan kedua tangannya. Biar gak dengerin. Biar gak galau lagi.
Dia sudah gak mau mengingat semua kisah indahnya bersama Cinta. Yang lalu biarlah berlalu. Dia terpaksa menggadaikan cintanya kepada Cinta, demi kesehatannya dan kemaslahatan umat.

"AKU HARUS MOVE ON...!!!!!", teriak Rangga dengan lantang sambil mengepalkan tangannya keatas, ditambah ikat kepala Merah-Putih. Merdekaaaaa....!!!

Tiba-tiba dia teringat akan gadis berambut ikal dan berlesung pipi disamping Alfamart, sebut saja Mawar. Mungkin bisa jadi gebetan baru. Walau tingginya semeter tak sampai, dengan berat 89 kg dan betis bagaikan talas bogor yang suka lari marathon, tapi gak apa-apalah. Namanya juga digadaikan, dimana-mana pasti berkurang nilainya.
It's OK. Daripada galau trus ngubek-ngubek spiteng. Yang penting kan cinte ye Bang Rangga. #OkeSip

Dan, gara-gara kejadian itu, panggilannya Cinta sudah dirubah sama Rangga.

Dari Bee..........

jadi BITCH..!!!




*pesan penulis : kalo mau versi lain dari cerpenget (cerita pendek banget) ini, dengerin aja lagunya alm. Gombloh - Kugadaikan Cintaku. hehe.

Selasa, 02 Juli 2013

Mie Instan

Mudah dibuat. Gak harus jadi chef apalagi master chef. Tinggal dikasih air, masak, dikasih bumbu, dinikmati deh.

Makanan merakyat, walau kebanyakan jadi tidak sehat.

Penolong penghuni kosan dikala datang akhir bulan dan bokek melanda.

Suguhan paling pas disaat hujan.

Makin lama, cita rasa makanan dari Sabang sampai Merauke bisa didapatkan dalam se-sachet mie. Sudah ada rasa kari ayam, soto, rendang, dll. Mungkin kedepan muncul rasa gudeg, balado tongkol atau sagu bakar, siapa tahu?

Tapi, sekarang makin banyak yang berbau instan yang bisa saja menjadi pesaing dari mie instan (mungkin ini konspirasi zionis. hehe).
Ada bubur instan, bumbu instan, dll.
Ada orang kaya instan. Gak usah 'banting tulang'. Cukup kenalan dan terima hadiah dari politisi yang mengurusi impor sapi. *upsstt!
Ada juga artis-artis instan, kayak duo mangap-mangap keong racun: Shinta-Jojo, Udin Sedunia dengan lagu seadanya, sharukh khan wannabe: Briptu Norman Caiya-Caiya, juga Arya Wiguna dengan ajian sakti Demi Tuhan.

Ah Sudahlah...!!!!!

Yang pasti mie instan itu: Ekonomis Berkualitas dengan Quality Level 10 (pedes banget kalo keripik :D). Kelasnya sama kayak di Jepang sana yang namanya Miyabi. TOP MARKOTOP....!!!!!

Mie Instan oh Mie Instan..

Monggo Dinikmati....!!!!!!!!