Rabu, 26 Juni 2013

Menyapa Pulau Dewata

Ini cerita saat saya ikut tour gratisan ke Bali, dari kantor tempat saya bekerja, minggu lalu. Sebenarnya ga gratis juga, karena sebagian biaya tour dipakai dari uang denda absensi, dan saya ikut berkontribusi untuk 'menyumbangnya'.

Walau semua sudah diatur oleh travel agent, mengenai jadwal, tempat & kegiatan yang akan dilakukan selama disana (namanya juga tour), tapi ga apa-apalah, lumayan bisa refresh otak, yang selalu dijejali dengan rutinitas yang sama setiap harinya.
Kerjaan di kantor memang ga berat-berat amat, malah cenderung ga ada kerjaan sebenarnya, tapi kalau setiap hari kegiatannya sama terus, jadi jenuh juga :D

17 Juni 2013
Packing Time.
Nah kebetulan saya termasuk manusia anti ribetisme, jadi bawanya ga banyak-banyak amat. Cukup beberapa potong baju kaos, celana, alat mandi dan setumpuk kancut (ini yang paling penting, demi mencegah bau yang tidak enak :D).

18 Juni 2013
Berbekal secarik tiket KA Kertajaya, Ekonomi (miris), saya berangkat dari Stasiun Pasar Senen pukul 14.10 WIB, menuju Surabaya (kumpulnya disana).
Sebenarnya kami ada 14 orang yang dari Jakarta, tapi berhubung 13 orang lainnya dari kantor yang berbeda  (cuma satu group dengan kantor saya), dan beli tiket pun terpisah, jadi gerbongnya pun beda sama saya. Tapi mungkin lebih baik seperti ini. hehe
Perjalanan jauh begini (apalagi pake kereta ekonomi), kegiatan yang paling efektif hanyalah tidur, baca buku, ngetwit ato posting status FB (jangan dengerin MP3, sebelum nyesel karena lowbat :D).
Sialnya, pas jam 10.00 malam, lokomotif dari kereta yang saya tumpangi mati ditengah jalan. Lebih sial lagi, tempat dimana mogoknya kereta ini, bagaikan negeri antah berantah bagi saya (nama yang saya baca sih Ujungnegoro, yang katanya masuk daerah Batang), ga ada warung sama sekali, padahal perut saya udah keroncongan dari tadi (hanya diganjal peyek + pisang rebus yang kalau di kampung saya buat makanan babi). Ditambah lagi, saya tidak mengerti sama sekali dengan pembicaraan orang-orang di kereta itu (bahasa Jawa). Siaaaaaaaall..!!!
Akhirnya setelah 4 jam menunggu, lokomotif bantuan dari Semarang pun datang, dan kami bisa melanjutkan kembali perjalanan hingga sampai di Stasiun Pasar Turi, Surabaya, jam 11.00 WIB siang.
Kasihan pantat saya yang seksi ini jadi pegal (pijit-pijit dikit ah).
Setelah bergabung dengan 13 orang lainnya dalam mobil jemputan, kami kemudian menuju kantor pusat di Jl. Jend. Basuki Rachmat (titik kumpul pertama). Dan hal pertama yang saya lakukan saat sampai: memberikan perut saya sentuhan cinta dari makanan yang enak. hehe

19 Juni 2013
Setelah beristirahat selama 6,5 jam, kami kembali melanjutkan perjalanan dengan bus tour pukul 17.30 WIB, menuju titik kumpul kedua di Pasuruan (pantat saya semakin kehilangan elastisitasnya). Namun, karena tahu kalau guide di bus ini ayu tenan (namanya Aprili + temannya sebut saja Mawar), jadi semangat membara deh :D
Setelah semua bus berkumpul (total 4 bus), baru kami benar-benar menjalani tour yang sebenarnya ke Bali. Asik dah!
Beberapa menit kemudian (waktu tidur ga saya hitung), setelah sempat makan malam sejenak di RM. Bromo Asri, Probolinggo, pukul 23.00 WIB (makanannya ga enak beud), kami pun sampai di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, pukul 04.00 WIB, untuk naik kapal penyebrangan (Feri Rajawali Nusantara) menuju Pelabuhan Gilimanuk.
Satu yang harus saya maklumi selama perjalanan: hanya saya dan satu orang lagi dari kantor pusat, yang ngomongnya datar dan kaku (coz sama-sama dari NTT), sisanya (paling tepat semuanya) ngomong medok berirama 3/4, dan tentunya tidak saya mengerti.

20 Juni 2013
Setelah kurang lebih 50 menit menyebrangi Selat Bali, akhirnya kami merapat di Pelabuhan Gilimanuk pukul 06.00 WITA.
Kami melanjutkan perjalanan menuju Kuta.
Sepanjang jalan dari Gilimanuk ini, terlihat familiar seperti di kampung saya. Suasana pedesaan yang asri, persawahan yang hijau dan indah, rumah-rumah penduduk desa yang sederhana, dll. Yang membedakannya dari kampung saya cuma beberapa hal yang memang sangat khas Bali, seperti adanya patung-patung Hindu dan semacam tempat pemujaan gitu di depan rumah mereka.
Sampai di daerah Negara (baca: negare), kami menyempatkan untuk sarapan terlebih dahulu di Warung Creative (gile, nyang di mari juge same aje, makanannye standar).
Saat di Desa Tabanan, baru muncul tour guide yang sebenarnya, warga lokal berwajah mirip Rano Karno (kata dia sendiri. padahal gak mirip) bernama bli I Ketut Wijaya (si ayu tenan yang awalnya saya kira guide itu ternyata tour leader di bis yang saya tumpangi).
Sayang bli Wije agak monoton. Walau sesekali berusaha membuat joke, tetap aja garing.
Tapi dari bli Wije saya banyak tau soal Bali. Misalnya, orang Bali asli yang hanya ada di Desa Trunyan, daerah Kintamani (jadi ingat lagunya Shaggydog - Anjing Kintamani :D. ga nyambung ya), dan urutan nama-nama anak Bali dari Wayan, Made/Kadek, Nyoman/Koman dan Ketut.
Juga sebutan untuk cewek cantik nan bohai: "mok jegeg modok-modok mereketengteng" (yang ini saya ga bakal lupa).
Sebenarnya masih sangat banyak sekali yang dijelaskan, tapi tidak saya dengarkan saking ngantuk dan malasnya. hehe
Dan setelah sekian lama perjalanan (saya sudah malas hitung), kami sampai di Hawaii Bali (toko souvenir) pukul 14.00 WIB, untuk makan siang (dan lagi-lagi makanannya standar. onde mande!).
After lunch, kami tumpuk-tumpukan di mobil-mobil kecil menuju Pantai Kuta yang terkenal dan jadi langganan syuting FTV itu. Macet ya :D
Di Kuta dikasih waktu hanya 45 menit, jadi kegiatannya cuma melihat-lihat sebentar dan main bola sama beberapa bule. Saya tidak perlu cerita lagi tentang Kuta, sudah terkenal dan bisa digoogling saja :D. Yang pasti, di Kuta tetap ada bule (juga beberapa wisatawan lokal) yang malas pakai baju dan celana lagi berjemur, berenang dan surfing. Juga ada orang-orang yang suka minta foto sama bule (masih).
Dari Pantai Kuta, kami menuju pabrik kata-kata Joger jelek (baca: toko kaos Joger). Disitu saya cuma beli patung manusia ethnic gitu deh, lumayan buat koleksi. Yang lainnya tidak saya beli berhubung ga enz di hati dan di dompet juga :D
Setelah puas belanja, kami langsung ke Pantai Jimbaran untuk makan malam. Sayang juga sebenarnya, sudah di Kuta tapi tidak menikmati sunset yang indah. Ah sudahlah.
Yang saya tidak suka saat perjalanan menuju Jimbaran, cuma pas guidenya bilang: "baiklah bapak dan ibu, saat ini kita akan ke Pantai Jimbaran untuk makan malam romantis". Kampreto. Sebagai jomblo terhormat, saya merasa dinodai dengan kata-kata itu. hiks..hiks..!!
Sebenarnya sih jauh dari kesan makan malam romantis juga, lebih tepatnya makan malam bersama di pinggir pantai. Karena sepanjang pantai ini berjejer pulau-pulau eh meja-meja maksudnya, yang terisi orang-orang yang lagi makan. Tambah ga romantis lagi malam ini, di panggung berdiri manusia-manusia dengan tingkat kepedean diatas rata-rata, yang sedang nyanyi (lebih tepatnya silat lidah) dengan nada do = ngo. Really-really amburadul X_X
Untungnya seafood yang disajikan malam ini membayar semua makanan ga jelas sebelumnya, sekaligus menyelaraskan mood dengan suasana pantai...horee!
Sehabis makan, yang paling tepat ya muleh ke hotel (Hotel Batu Karu), to get molor. zzzzzz...

21 Juni 2013
Bangun pagi-pagi. Mandi. Segar. Ganteng beud.
Pukul 07.30 WITA (rencananya 06.30), berangke lah kitorang samua ke Cening Ayu, Celuk, di derah Batubulan (katanya) untuk sarapan. Cening Ayu iki is toko/pusat produksi Pie Susu dan Kaos Lukis khas Bali.
Dari situ, kami meluncur ke Sanur untuk menonton pertunjukan tari Barong (tanpa Sai). Selama di jalan, sempat diajarin bli Wije, kalau ditanya "ken ken kabare", jawabnya "susu macipok-cipok" (terjemahan ala gue: pengen ngemut tete :D).
Tarian Barong ini katanya menggambarkan pertarungan antara Kebajikan (Barong) melawan Kebatilan (Rangda). Begini lakon-lakon dalam tari Barong itu (singkat, padat & jelas ala gue):

Pertama-tama muncul si Barong membuka acara diiringi gamelan Bali, yang kemudian diikuti munculnya monyet yang lucu dan jahil, sehingga menimbulkan gelak tawa penonton. Lalu muncul 2 orang yang kemudian berantem sama si monyet tadi. Kemudian muncul 2 penari perempuan yang menarikan tarian Bali (entah apa namanya). Setelah 2 penari itu keluar, muncul 2 orang laki-laki (pengikut Dewi Kunti), yang membuat dagelan slapstick ala Srimulat diatas panggung. Lucu. Bikin orang ketawa.
Lalu muncul Patih, dan tidak berapa lama diikuti Dewi Kunti bersama anaknya Sahadewa. Ceritanya mereka dirasuki roh jahat, sehingga mau menyerahkan Sahadewa kepada Rangda (Sahadewa diikat didepan istana Rangda). Tiba-tiba turun (lebih tepat keluar) Dewa Siwa untuk memberikan keabadian kepada Sahadewa, sehingga Rangda tidak dapat membunuhnya.
Lalu muncul babi hutan bersama 3 orang lain, yang memainkan 'perkelahian slapstick'. Yang paling lucu saat kelamin babi hutannya dipotong, lalu keluar air yang ngucur dari area itu. Bayangin sendiri aje ye. hehe
Setelah itu ada adegan Sahadewa berkelahi dengan burung, trus Barong berkelahi dengan Rangda, dan beberapa orang yang muncul untuk membantu Barong.
Paling terakhir muncul 2 gadis berpakaian serba putih ala Bali, yang datang untuk membangkitkan orang-orang yang sudah meninggal, yang seperti kesurupan kemudian menusuk-nusukkan keris ke badan mereka. END..!!

Sehabis nonton, kami menuju Tanjung Benoa untuk menikmati wahana air. Perjalanan ini penuh perjuangan bagi saya, karena harus menahan sakit perut ingin 'melahirkan'.
Sampai di Tanjung Benoa, sebagian orang (termasuk saya) menyebrang ke Pulau Penyu, dengan biaya 50 ribu dan perjalanan kurang lebih 20 menit, naik boat biasa (saya memilih untuk tidak main wahana, karena sudah terbiasa. Bule-bule telanjangnya pun udah sering gue liat. hehe). Di Pulau Penyu, kami hanya melihat-lihat penangkaran penyu saja (tiket masuk 5 ribu), foto-foto sama beberapa hewan selain penyu yang juga dilestarikan disana seperti burung rangkong, elang putih, ular, biawak, kelelawar, dll. Tidak banyak, hanya beberapa saja.
Pulang dari P. Penyu, saya sempat celingak-celinguk mencari, siapa tahu bisa lihat Vanessa Hudgens dan Ashley Greene yang lagi latihan surfing di Tanjung Benoa (itu kata berita). Kapan lagi bisa foto sama artis Hollywood cantik, sexy dan pasti cuma pakai BH + kancut doank. hehe
Dari Tanjung Benoa kami menuju Pantai Dreamland, Pecatu. Pantai lagi. Pasir putih lagi. Cewek telanjang lagi. Horny lagi. Eh!
Ombaknya lumayan buat surfer amatiran. Bagi yang menyukai privacy, mungkin ini pilihan yang cocok. Tidak terlalu ramai. Di beberapa spot malah kosong. Nah ini pas buat mojok, elus-elus, remas-remas, tindih-tindih, dan ...................... ah lu tau lah :D
Setelah itu kami menuju ke Kampung Kertalangu untuk makan malam (lumayan nih makanannya), trus dilanjutkan ke pusat oleh-oleh Khrisna, Jl. Nusa Indah. After that, we back to hotel, coz katong samua su cape to, so we must get a rehat.

22 Juni 2013
Kali ini on time, pukul 07.00 WITA kami langsung berangkat menuju Sanur untuk sarapan. Mungkin karena ini hari terakhir, jadi semua mau menghabiskan waktu yang lama keliling Bali.
Di Sanur, kami hanya khusus makan saja, berhubung pantainya yang tak berpasir. Sanur mungkin sangat cocok untuk menikmati sunrise dan sunset, sambil merasakan getaran ombak yang menghantam tembok pembatas, berduaan, nyruput kopi, dengerin lagunya Metallica eh Craig David aja :D. Pas beud dah!
Dari Sanur kami menuju ke pusat oleh-oleh (lagi) Karang Kurnia, Jl. Gatot Subroto Barat, Denpasar (Pasar Sukowati di cancel). Belanja lagi. Buang-buang pipis lagi. Ngutang lagi (di Jakarta) X_X
Sehabis belanja kami melanjutkan perjalanan menuju Bedugul. Puncaknya Denpasar. Eh Puncak Pasnya deh. Ga deh, lebih lagi dikit :D. Jadi, perjalanannya ya naik-naik ke puncak gunung, tinggi-tinggi sekali, kiri kanan kulihat saja banyak kebun kol.
Sebelum sampai, kami makan siang dulu (lupa nama restorannya).
Ada kejadian lucu saat ke Bedugul ini. Bli Wije (tour guide), mengatakan bahwa karena bulan Oktober nanti akan diadakan KTT APEC, jadi jalan masuk ke Bedugul sedikit diperketat. Makanya kami diharapkan untuk mengeluarkan KTP dan menempelkannya ke kaca bis, agar identitasnya bisa terdeteksi oleh plastic detector. Setelah semua KTP ditempelkan ke kaca, bli Wije bilang: "oke bapak/ibu sekalian, itu lah bapak polismen kita". Dan, ternyata kami 'dikadalin' sama dia. Polismen yang dia maksud itu ternyata POLISI SEMEN a.k.a Patung Polisi. Kampreto!! X_X
Sampai di Bedugul, saya agak kaget, kok ada laut diatas gunung. Ternyata bukan, itu danau yang sangat luas sekali (norak kan gue. hehe). Disana kita bisa sewa speedboat untuk melihat pura (lupa namanya) yang ada di uang 50 ribu rupiah, bisa juga sewa perahu yang didayung sendiri, sewa pancingan, pasar buah, dll. Yang pasti ada pusat oleh-oleh khas Bali :D
Satu jam di Bedugul, kami melanjutkan ke tujuan wisata terakhir, Tanah Lot.
Perjalanan menuruni gunung ini diiringi oleh deras hujan yang turun membasahi bumi para Dewata. Dingin. Pengen kencing. Lagu yang diputar: Tangga - Terbaik Untukmu. Mendukung sekali. Jadi butuh kehangatan. Cewek mana cewek :))
Ademnya perjalanan ini membuat hasrat untuk tidur dari dalam tubuh meningkat. Bali pun tiba-tiba gelap.

Jreeeeeeeeeeng!!!

Tanah Lot.
Sebuah heritage bangsa yang begitu indah. Beberapa pura yang berdiri megah, bukti kearifan leluhur. Bersih. Asri. Cuma satu kata: WOOOOWW..!!!
Setelah satu jam saya mangap-mangap melihat suguhan didepan mata ini, dari pengeras suara terdengar panggilan bagi rombongan kami untuk pulang :(

Kami kembali ke Pelabuhan Gilimanuk. Sempat makan malam sebentar di Negara.
Kapal feri melepas sauh dan mulai menjauh dari tepi dermaga. Saatnya pulang. Rutinitas membosankan sudah menunggu. Tumpukan pakaian kotor sudah menanti tuk 'dijamah'.

Trims Aprili, kamu ayu deh (ah sial, lupa minta nomor hape).

Trims bli Wije, sudah sukses ngibulin kami semua. Tunggu pembalasanku.

BALI.
Terimakasih atas suguhan keindahanmu. Belum puas sebenarnya 'menggerayangimu' . Kintamani, GWK, Lovina, Danau Tempe (penting. coz banyak anak SMA 'jualan'. katanya), Nusa Penida disebrang sana, bikin tato ditempatnya Jerinx SID, tidur sama bule #eh :D, pokoknya masih banyak deh.
Seperti lagunya Pasto:

Aku hanya pergi tuk sementara
Bukan tuk meninggalkanmu selamanya
Ku pasti kan kembali pada dirimu
Tapi kau jangan nakal

Yapz, jangan berubah. Tetaplah seperti ini. Tetaplah indah. Tetaplah asri.
Aku pasti kembali. Sendiri. Mungkin berdua, bertiga, berempat. Ah sudahlah.

Matur suksma Bali jegeg..!!

Rabu, 12 Juni 2013

Write It, Write That

Pertama kali membuat blog ini, saya berkeinginan untuk bisa menulis setiap hari. Menuangkan semua ide-ide, unek-unek, pendapat-pendapat, dan lain-lainnya di media digital ini.
Sayang keinginan itu tidak pernah bisa terlaksana, padahal tinggal empat hari lagi genap satu tahun sejak postingan pertama saya; First Touch.
Selalu ada kebuntuan (selain karena sibuk kerja), setiap kali ingin membuat sebuah tulisan/postingan.
Apa mungkin saya tidak punya bakat menulis?? Ga deh. Saya selalu pede kalau bisa menulis :)

Ingin rasanya seperti blogger lain yang dengan mudahnya menulis, bahkan bahasan yang sederhana sekalipun dituangkan dalam tulisan yang ciamik dan berkualitas.
Ah sudahlah.
Berusaha menulis sebisa saya sajalah.
Kan Ala Bisa Karena Biasa. hehe

Sabtu, 08 Juni 2013

Mereka Datang Lagi

Belanda datang pertama kali ke Indonesia pada tahun 1596, dibawah pimpinan Cornelis de Houtman, dan berhasil mendarat di Pelabuhan Banten. Namun, mereka diusir penduduk sekitar, karena bersikap kasar dan sombong. Dua tahun kemudian (1598), Belanda datang lagi ke Indonesia, dipimpin Jacob van Heck.

Dan, hari Rabu (5/6) lalu, pada pukul 09.50 WIB, mereka kembali datang ke bumi pertiwi tercinta ini, melalui Bandara Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Tapi, kali ini mereka tidak berniat untuk mencari rempah-rempah atau melakukan agresi militer ke-3.
Kali ini, dibawah pimpinan meneer Louis van Gaal, pasukan De Oranje (julukan timnas Belanda), datang ke tanah air dalam rangka melakoni laga persahabatan melawan pasukan Merah-Putih, yang digelar di Stadion Gelora Bung Karno, pada hari Jumat kemarin, 7 Juni 2013.

Tidak seperti tahun 1596, saat kedatangan armada Belanda di Banten malah diusir oleh penduduk, kali ini mereka dielu-elukan oleh para penggemarnya. Mereka dinantikan oleh para pecinta sepakbola tanah air, penggemar timnas Belanda dan fans klub tempat para pemain-pemain negeri kincir angin itu bermain.

Tapi, 'pasukan' Belanda kali ini, lebih 'berbahaya' daripada armada ratusan tahun silam.
Siapa yang tidak kenal tukang gedor Manchester United, Robin van Persie (RvP), yang gelontoran 26 golnya di Premier League menobatkan dirinya menjadi Top Skor, sekaligus membawa MU meraih gelar ke-20.
Atau Arjen Robben, yang baru saja membawa Bayern Muenchen meraih treble winner musim ini. Juga pemain ber-skill mumpuni lainnya seperti Wesley Sneijder (Galatasaray), Dirk Kuyt (Fenerbahce), Johny Heitinga (Everton).

Tadi malam, pemain-pemain berkualitas dunia itu dihadang oleh punggawa terbaik milik tanah air.
Kurnia Meiga, Ricardo Salampessy, Raphael Maitimo, Victor Igbonefo, Tony Sucipto, M. Roby, Ahmad Bustomi, Boaz Salossa, Greg Nwokolo, Sergio van Dijk, Andik Vermansyah, dll.
Dibawah arahan Jacksen F. Tiago, mereka berusaha untuk menunjukkan bahwa Indonesia juga punya talenta yang bagus di sepakbola.

Mereka tidak sendiri. Ribuan rakyat Indonesia memenuhi stadion kebanggaan kita, Gelora Bung Karno, untuk memberikan dukungan penuh. Senayan kembali 'dimerahkan'.
And i was there.

"Garuda didadaku. Garuda kebanggaanku. Kuyakin hari ini pasti menang". Lagu wajib itu kembali diteriakkan dengan lantang dan penuh semangat, seperti pekik merdeka puluhan tahun silam.
Sepertinya tidak ada yang mempedulikan lagi, kalau ini hanyalah sebuah friendly match. Ataupun, kekuatan timnas kita yang ibarat langit dan bumi, jika dibandingkan dengan tim oranye Belanda. Mereka diperingkat 9 FIFA, sementara Indonesia nomor 170.
Semua yang datang ke stadion, hanya punya satu tujuan yaitu memberikan dukungan kepada timnas Indonesia (walaupun ada yang datang cuma untuk nonton langsung idolanya).

Saya yakin para pemain Belanda (juga tim-tim lain yang pernah melawan Indonesia), pasti ada rasa gentar saat lagu Indonesia Raya berkumandang dan dinyanyikan oleh ribuan orang yang memenuhi stadion berkapasitas 88.083 penonton (100.800 saat berdiri) itu. Yes, this is a great nation, meneer!!
Saya sendiri selalu merinding setiap kali menyaksikan pertandingan timnas, dan menyanyikan lagu kebangsaan kita itu.

Namun, ada pemandangan tidak mengenakkan saat melihat beberapa orang Indonesia yang memakai jersey oranye tim Belanda. Memang agak naif kalau saya benci melihat orang-orang itu, mengingat di zaman modern seperti sekarang, dan dengan perkembangan sepakbola yang sudah mendunia, pasti semua punya tim idola masing-masing, entah klub ataupun timnas negara lain.
Saya pun mungkin saja akan memakai kostum selecao Brasil (timnas favorit saya), kalau mereka bertandang ke Indonesia.
Saya jadi membayangkan bagaimana perasaan para pejuang dulu saat mengetahui ada orang Indonesia yang membelot dan menjadi antek-antek kompeni. Ah sudahlah...!!!

Kembali ke pertandingan.

Seperti biasa diawal pertandingan pasti ada seremonial menyanyikan lagu kebangsaan dari masing-masing kesebelasan.
Namun sebelum itu, ada satu seremoni yang paling saya benci setiap menonton pertandingan persahabatan Indonesia, yaitu munculnya para pejabat, entah itu menteri atau yang lainnya, ke lapangan untuk berjabat tangan dengan para pemain kedua tim.
Untuk apa?? Numpang eksis, biar nampang di tivi?? Gak Penting!!!!
Dan ini sepertinya hanya saya dapatkan saat pertandingan Indonesia saja. Unik memang negara kita ini.

Yang menarik semalam, saat lagu kebangsaan Belanda dilantunkan, semua menghormatinya. Tidak ada yang meneriakkan yel-yel selama lagu itu dinyanyikan (kecuali pada saat RvP disorot kamera).
Suporter kita sepertinya sudah 'dewasa' (mudah-mudahan).

Dan, momen itu datang lagi. Lagu Indonesia Raya dikumandangkan dan bergema kembali di Gelora Bung Karno. Dan sekali lagi, saya pun kembali dibuat merinding oleh nyanyian itu.
Terlihat para pemain dan official tim Belanda tertegun melihat atmosfir yang sangat luar biasa itu.
Seandainya ini final Piala Dunia, pasti euphorianya lebih hebat lagi. Apalagi pertandingan semalam katanya disiarkan di 11 negara dari 4 benua berbeda.

Namun, agak aneh memang melihat kita sebagai tuan rumah, tapi malah memakai jersey tandang Putih-Hijau.
Tapi, jersey apapun, Indonesia tetaplah Indonesia. Akan selalu didukung suporter setianya.

Dalam pertandingan semalam, penguasaan bola praktis menjadi milik Oranje. Itu tidak perlu dipertanyakan lagi, mengingat perbedaan kelas kedua tim.
Hanya berbekal semangat, para pemain berusaha meladeni permainan tim yang sudah tiga kali menjadi finalis Piala Dunia (1974, 1978, 2010) itu.

Tak sampai satu menit sesudah kick-off, Belanda sebenarnya sudah bisa unggul lebih dulu lewat sontekan Robin van Persie, memanfaatkan bola muntah dari sundulan Sneijder. Sayang, striker MU itu dalam posisi off-side.
Sepanjang pertandingan, penjaga gawang Indonesia, Kurnia Meiga, menjadi pemain yang super sibuk untuk menghalau bola dari Belanda. Beberapa peluang Van Persie, Sneijder, Robben dan pemain Belanda lainnya, sukses digagalkan pemain Arema Indonesia itu.

Namun, setelah berhasil menahan imbang tanpa gol di babak pertama. Akhirnya, gawang Indonesia kebobolan juga di menit ke-57, lewat sundulan pemain pengganti Siem de Jong yang memanfaatkan umpan silang dari Ruben Schaken.
Sepuluh menit berselang, sundulan De Jong kembali merobek gawang Indonesia (catatan untuk Jacksen F. Tiago: 2 kali menjebol gawang, De Jong berada dalam posisi bebas tanpa kawalan).
Dan, di menit ke-90, Arjen Robben mengunci kemenangan 3-0 Belanda atas Indonesia, setelah melewati 2 pemain belakang Indonesia.

Peluang terbaik Indonesia sepanjang pertandingan semalam hanya didapatkan dari Greg Nwokolo di menit 23 dan Andik Vermansyah setelah time-out.

Ada beberapa momen-momen aneh dalam pertandingan semalam.
Ditengah-tengah pertandingan, tiba-tiba para pemain meminta time-out kepada wasit Noor Mohamed asal Malaysia. Kedua kesebelasan terlihat mengambil nafas sejenak dan minum di pinggir lapangan sambil mendapat pengarahan dari pelatih.
Belum lagi tingkah para suporter. Saat pemain-pemain seperti RvP, Sneijder dan Robben mempertontonkan aksi individunya melewati pemain-pemain Indonesia, semuanya malah bersorak. Terlebih pada saat Robben mencetak gol ketiga Belanda, seisi stadion bersorak gembira seolah-olah yang mencetak gol itu tim Indonesia. Momen itu memang terlihat bersahabat. Tapi.......... Ah sudahlah..!!!!

Bertanding melawan tim-tim besar seperti Belanda ini, untuk tim sekelas Indonesia merupakan ajang yang sangat tepat untuk belajar, sehingga bisa berbenah menjadi tim yang lebih baik lagi (dengan harapan kepengurusan PSSI tidak carut marut dan terpecah belah lagi).

Dan kami sebagai suporter, akan terus datang ke Gelora Bung Karno untuk mendukung tim Merah-Putih sampai kapanpun. Menang atau kalah...!!!
Mengutip sebuah spanduk yang semalam dipasang di tribun atas :
"Siapapun pemainnya....Tetap kami suporternya"

Jaya terus sepakbola Indonesia....!!!

Rabu, 05 Juni 2013

Jalan Ini

Kususuri jalan panjang berliku
Panas kering dan berdebu
Tak ada sisa-sisa kehidupan
Semua bermetamorfosa menuju kehancuran

Hilang semua cerita cinta anak manusia
Beralih kedengkian, iri hati dan benci sesama
Empati diterbangkan angin egoisme
Kepentingan pribadi jadi target pencapaian diri

Fanatisme senjata penghancur masyarakat sosial
Pemaksaan kehendak menggerogoti setiap akal
Satu dunia satu paham adalah tujuan final
Tak sadar kalau merekalah Sang Dajal

Dalih demokrasi melawan kaum kapitalis
Walau eksekusi visi misi sungguh tak demokratis
Fitur-fitur suci berbalut racun kemunafikan
Dibalik jas rapi menebar benih kezaliman

Kuhentikan langkah kaki ini sesaat
Tertegun dengan sebuah pemandangan indah
Setangkai bunga ditengah kering padang sabana
Hadirkan nuansa kelembutan penuh cinta
Bagai oase kasih di gurun Sahara

Sayang tak lama menjadi layu dan mati
Terbantai oleh lalimnya arsenik orang berdasi
Iblis-iblis politik yang tak mau dicerahkan
Pekatnya hati warisan penguasa kegelapan

Aku berlari seakan tak percaya
Sedih...Takut...Marah
Kenapa tontonan itu harus kulihat?
Apa dunia ini sudah sedemikian jahat?

Berharap kembali kutemukan oase baru nanti
Dan ku berjanji tuk melindungi
Walau raga ini harus mati
Aku tak peduli..!!!


-Paul de Chivo-
15 Mei 2013