Jumat, 27 Juni 2014

Kemana Orangtuanya?

Beberapa hari yang lalu, setelah menghabiskan waktu bak anak gaul Jakarta, di salah satu gerai Seven Eleven, saya pun diantar pulang oleh teman saya dengan mobilnya. Waktu itu sudah sekitar jam 2 pagi. Dengan kecepatan standar, teman saya memacu mobil sedan itu menyusuri Jalan Gunung Sahari Raya menuju Mangga Besar, daerah kosan saya.
Ah, seandainya jalanan Jakarta di siang hari pun lengang seperti itu. Perjalanan yang 'seharusnya' ditempuh selama 2 jam saat siang, hanya 15 menit saja kami lalui.

Saat sebelum belok kiri ke arah kosan, kami terpaksa berhenti, karena lampu lalulintas yang sedang merah. Entah kenapa, teman saya yang suka melanggar lampu merah itu, mendadak taat aturan di pagi-pagi buta yang sangat sepi itu.

Tiba-tiba kami dihampiri oleh 2 orang gadis. Karena memang hanya mobil kami sajalah yang berhenti saat itu. Keduanya masih sangat muda sekali. Saya pun coba menurunkan kaca mobil, setelah melihat keduanya yang dari fisiknya mungkin masih kelas 6 SD atau 1 SMP itu.
Saat sudah mendekat ke pintu mobil, salah satu dari mereka berkata pelan, "Om, bagi rokoknya dong!".
Sontak saya kaget, bukan karena dipanggil Om, tapi karena permintaan itu (rokok) keluar dari bibir mungil gadis kecil yang seharusnya saat itu sedang tidur pulas dikamarnya, sambil memeluk boneka Teddy Bear kesayangannya.
Ah gila! Saya terdiam. Nganga. Apa anak-anak sekarang sebegitu bangganya menjadi Cabe-Cabean, Terong-Terongan, Toge-Togean atau jenis sayuran lainnya. Seolah itu adalah tingkat tertinggi sebuah pergaulan yang harus dicapai sebelum usia mulai uzur.

Teman saya sempat menyeletuk, bertanya apa mereka mau 'rokok daging' saja. Mereka hanya tersenyum tersipu, tapi terlihat tak menolak. Mungkin kalau kami berdua mengidap pedofilia yang haus akan belaian gadis belia, pasti mereka sudah kami bawa saat itu. 'Santapan jasmani' yang begitu yummy seperti itu, tidak boleh dilewatkan begitu saja tentunya.

Hanya satu pertanyaan yang terlontar dari mulut saya, saat kami kembali melaju, meninggalkan keduanya, "Kemana orangtuanya ya?". Apa mereka tidak menyadari kalau anaknya sedang tidak ada di kamarnya. Jangan-jangan mereka (orangtuanya) lupa kalau tugas mereka tidak sebatas melahirkan dan memberi makan anaknya saja.
Atau mungkin ................

Ah, saya hanyalah anak kampung yang sok gaul di Jakarta ini. Tidak tau 'dunianya' orang kota besar. Cara mendidik anak mungkin beda. Pergaulannya apalagi, jelas beda. Bagai bumi dan langit.
Tapi dalam hati, ingin rasanya mengingatkan orangtua-orangtua itu, kalau anak mereka seharusnya tidak di jalan malam-malam, mungkin besok mau ulangan. Seharusnya mereka mengajarkan anaknya kalau yang dibutuhkan cuma buku, pena dan peralatan sekolah lainnya, bukan sebatang rokok.
Mengingatkan mereka untuk menjadi orangtua yang baik & ciamik untuk anak mereka.

Salam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar