Sabtu, 14 Januari 2017

Armor Kopi di Tengah Hutan Bandung

Berawal dari tatap
Indah senyummu memikat
Memikat hatiku yang hampa lara

Senyum membawa tawa
Tawa membawa cerita
Cerita kasih indah tentang kita

Itu adalah sepenggal lirik lagu Berawal Dari Tatap-nya Yura Yunita, salah satu lagu non reggae yang saya suka dengarin.

Tidak ada hubungannya memang dengan artikel tentang kedai kopi di Bandung Utara ini. Hanya sama-sama ada kosakata "berawal dari" saja. hehehe

Jadi, berawal dari postingan Instagram teman saya (yang tidak saya kenal karena saya cuma follower-nya dia 😁) tentang kedai kopi ini, saya jadi penasaran untuk menyambanginya.
Kesempatan itu pun datang tidak terlalu lama. Kantor memang sungguh mengerti aku 😝, dengan memberikan tugas dinas ke Bandung (lagi). Rejeki blogger soleh, bersahaja dan menggemaskan.

Dan setelah semua urusan pekerjaan sudah selesai, saya pun bergegas menuju Dago Pakar, tempat si kedai kopi berada.
Hanya sedikit orang pengunjung yang terlihat saat saya sampai. Cukup mengejutkan, karena menurut 'teman' saya itu, kedai ini adalah salah satu kedai kopi yang hits di Bandung saat ini. Mungkin saja karena hari kerja, dan masih pukul tiga sore, jadi masih sibuk dengan urusannya masing-masing. Tapi, tentu saya senang dengan suasana yang sepi seperti ini. Menikmati kopi menjadi lebih syahdu 😁


Kedai kopi ini berbentuk rumah kayu kecil yang sederhana, namun terlihat cantik di bawah naungan pohon pinus yang tinggi menjulang. Didepannya berjejer bangku dan meja panjang yang juga bernuansa kayu. 'Dibiarkan' begitu saja, menyatu dengan pepohonan disekitarnya.
Di samping kedainya, ada area yang diberi atap. Entah ditujukan untuk apa, berhubung pengunjung leluasa merokok di segala area Armor Kopi ini.

Di dalam kedai pun tersedia satu area duduk, di sudut dekat pintu, hanya saja sepi peminat. Mungkin saat kepepet, sudah tidak ada tempat duduk kosong di luar atau karena tidak mau melihat mantan yang sedang bermesraan dengan kekasih barunya di dekat pohon pinus, baru ada yang mau duduk di situ.
Maklum, siapa yang ingin melewatkan sejuknya alam di tengah hutan pinus sambil menyeruput secangkir kopi nan hangat. Keasriannya juga menjadi kebahagiaan tersendiri bagi para selfieholic, untuk mengabadikan muka masing-masing dengan latar belakang yang mempesona. Ijo royo-royo.


Plastik-plastik berisi biji kopi berjejer rapi di samping kasir. Harumnya tipis-tipis menyeruak.
Biji-biji kopi (roasted) memang harus selalu dalam wadah tertutup, sehingga tetap terjaga kesegarannya. Walau tetap tidak boleh lebih dari dua bulan juga. Begitu kata artikel yang saya baca.

Saya lalu memesan Liberica (lupa tanya yang dipakai dari daerah mana), dengan seduh manual pakai V60.

Di Armor Kopi ini (Arabica Multi Origin. begitu singkatan yang tertulis di logo kedai) menyediakan tiga jenis kopi yaitu Arabika, Robusta, dan Liberica, dari berbagai daerah di Indonesia. Ada juga menu Special Coffee seperti Luwak East Java, Luwak Robusta dan Luwak Liberica.

Saat ini, di Indonesia, sudah banyak kedai kopi yang mengkhususkan diri dengan hanya menyajikan kopi yang diseduh manual ala third wave coffee shop. Kedai Armor Kopi ini sepertinya salah satunya. Hampir semua metode seduh manual populer ada di sini. Yang tidak tersedia cuma calon pendamping saja, seperti yang tertulis di papan menu.


Liberica dengan V60 pun tidak lama diantar akang ber-sweater putih dengan senyum terkembang. Racikan manual brew dengan V60 ini sudah menggoda sejak pertama kali saya coba di Dreezel Coffee. Saya langsung jatuh cinta pada seruputan pertama.

Dengan udara Dago yang adem-adem manja, 'menu ringan' ini pas untuk menemani saya menikmati sore di Bandung Utara dengan penuh khidmat 😁
Sensasi mangga menyeruak di setiap seruputan. Ah, sungguh sore yang indah.

Pishang Gowreng yang manis dengan parutan keju diatasnya, menjadi teman ngopi saya. Pilihan yang sudah tentu baik adanya. Kopi dan pisang goreng itu padanan yang selalu pas. Tidak pernah mengecewakan, pemirsa.

Surga Merona Merah 😝
Pishang Gowreng
Armor Kopi di tengah Taman Hutan Raya Djuanda Bandung ini menjadi tempat pelarian yang pas, dengan bonus kopi nikmat. Walau harus ada sedikit 'pengorbanan' untuk kesini. Karena letaknya di dalam TAHURA, jadi harus bayar retribusi masuk dulu sebesar 12rb.
Tapi posisinya persis di samping tempat parkir (pintu I), jadi tidak terlalu jauh jalannya. Hanya masuk sebentar, lalu belok kiri.

Semakin sore, semakin banyak yang datang. Kesyahduan ngopi pun sedikit demi sedikit mulai tergerus.
Gelak tawa pemuda-pemudi harapan bangsa, riuh karyawan BNN Bandung di depan saya, juga gelegar suara ibu-ibu yang menyanyikan lagu-lagu perjuangan dengan penuh semangat, seolah memberi saya tanda untuk beranjak dari tempat ini.

Kedai kopi ini memang 'di-setting' untuk didatangi beramai-ramai.
Ada yang mau menemani saya kesini lagi lain kali?
Dibayarin juga boleh. Saya ikhlas menerimanya 😉


Tapi, sendiri atau serombongan, tetap ada kisah indah tentang Armor Kopi, seperti cerita kasih Yura Yunita yang berawal dari tatap itu 😊

Mari tuang lagi kopi kita kawan!


Tabe!



PS:
Sayang per Oktober 2016 lalu, kedai Armor Kopi (bersama tempat usaha lain) di dalam Pintu I Taman Hutan Raya Djuanda ini sudah ditutup karena masalah perizinan.
Alamat barunya: Jl. Legok Randu 46B, Cimenyan, Bandung (hanya beberapa ratus meter dari lokasi awal). Jam buka: 08.00 - 22.00.
Mengenai hal ini, selengkapnya bisa dibaca di sini 👈 klik ya 😉, atau ke akun Instagram-nya: @armorkopi.garden.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar