Sabtu, 31 Desember 2016

Kedai Kopi Phoenam

Riuh pengunjung dengan logat Makasar yang kental langsung 'menyambut' saya saat memasuki kedai kopi ini. Perbincangan nan hangat yang diiringi gelak tawa.
Seperti arti kata Phoenam yang tertulis di poster didepannya, kedai kopi ini seolah menjadi terminal atau tempat transit bagi orang-orang Makasar di Jakarta untuk berinteraksi sembari melepas lelah dan 'menjauh' dari rutinitas.


Saya memilih tempat duduk di dekat dapur. Melempar senyum kepada orang-orang di meja depan yang menatap heran kepada saya. Mungkin heran karena saya datang sendirian. Atau karena wajah saya terlalu Arab KW, yang sangat tidak mungkin untuk dipanggil Daeng, apalagi Honey.

Di dapur, mas barista sedang sibuk menyaring kopi yang ada di teko aluminium. Kedai ini memang masih menyajikan kopinya secara manual. Hal yang lazim ditemui di kedai kopi tua.
Kedai Kopi Phoenam ini memang sudah berdiri sejak tahun 1946 di kota Makasar. Didirikan oleh Liong Thay Hiong. *begitu yang tertulis di poster


Segelas kopi susu yang penuh busa diatasnya pun tidak lama hadir di hadapan saya. Bagi yang pernah minum teh tarik, pasti familiar dengan tampilan dari kopi susu ini, karena sama seperti minuman ala Melayu itu. Mungkin karena cara pembuatannya yang sama.
Kopi Susu Special  yang penuh busa ini memang salah satu signature drink dari Kedai Kopi Phoenam.

Untuk menemani laki-laki tampan ini ngopi asoy, saya memilih Roti Panggang Kaya Mentega Keju Telor Corned. Menu 'rame' yang harus dinikmati dengan pelan tapi pasti. Alon-alon asal kelakon. Tidak bisa dijejali sekaligus ke mulut (walau sudah dipotong-potong). Kecuali anda seorang Sasha Grey 😛 *tapi rotinya agak mahal sih bagi si kere ini. hehehe

Kopi Susu Special
Roti Panggang Kaya Mentega Keju Telor Corned
Cabang Kedai Kopi Phoenam di Jakarta ini ada di Jl. Wahid Hasyim No. 65. Di lantai dua gedung yang saya tidak tahu namanya (karena tidak ketemu plang-nya), yang diapit oleh Gereja Bethel Indonesia dan Restoran Bakmi Toko Tiga.

Namun kata kasirnya akan pindah lagi ke Gondangdia, karena kontrak di gedung tanpa nama itu akan habis.


Tabe!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar