Senin, 21 Oktober 2013

The Hobbit

Iya. Itu diambil dari film dengan judul yang sama, The Hobbit : Unexpected Journey.
Beberapa hari yang lalu, saya menonton kembali film ini dan saya baru menyadari bahwa cerita di film ini sepertinya bisa disamakan dengan negara kita (menurut saya).

Kerajaan Erebor di Pegunungan Sunyi, yang memiliki banyak kandungan emas didalamnya, sama seperti Indonesia yang kaya akan sumber daya alam. Banyak yang ingin memilikinya. Dahulu Spanyol, Portugis, Belanda dan Jepang, jauh-jauh dari negerinya hanya untuk menikmati apa yang negara kita miliki. Walau kita bisa menghalaunya dengan perjuangan yang gigih dan pertumpahan darah.

'Emas' yang kita punya harus tetap dipertahankan. Namun, saat ini ada 'penyakit' di negeri kita ini yang sama dengan Thrรณr (raja erebor), 'penyakit ingin memiliki sendiri', ketamakan. Korupsi terjadi dimana-mana. Permufakatan jahat tidak terelakkan. 'Penyakit yang bisa melemahkan stabilitas sebuah negeri. Hal yang membuat musuh dari luar dengan mudahnya menguasai negeri kita, terutama musuh dengan kekuatan besar seperti Sang Naga Smaug di film, yang bisa sangat mudah untuk menghancurkan kita.

Negara kita memang belum hancur dan dikuasai penuh seperti kerajaan para Dwarf itu. Tapi investor-investor asing yang semakin menjamur disini, seolah menyimpan bara dalam sekam. Apalagi dengan kondisi dimana elit pemerintahan kita sangat dengan mudah untuk disuap dalam urusan perizinan usaha, dan lain sebagainya. Kalau tidak diawasi dengan benar, bara itu pasti akan menjadi api yang sangat membahayakan.
PT. Freeport di Papua, perusahaan perkebunan kelapa sawit di Sumatera, perusahaan tambang batubara di Kalimantan, adalah segelintir 'Smaug' yang mengambil 'emas-emas' milik kita dari bumi pertiwi ini, yang sangat berpotensi untuk menghancurkan.

Kita (rakyat Indonesia), harus bisa seperti 13 Dwarf yang bukan 'siapa-siapa', tapi dibawah pimpinan Thorin (pewaris kerajaan Erebor), memiliki harapan, keyakinan, semangat dan keberanian untuk merebut kembali kejayaan mereka, rumah mereka.
Bangsa ini membutuhkan kita, untuk membangunnya agar bisa mendapatkan kemerdekaan yang seutuhnya, keadilan sosial, kesejahteraan yang merata, dan lain-lain.
Kita tidak perlu harus menjadi 'apa-apa' untuk berbuat sesuatu demi bangsa. Alasan yang sama kenapa penyihir Gandalf memilih Bilbo Baggins, seorang hobbit yang mungkin bagi sebagian orang menganggap tidak bisa apa-apa, bahkan seorang Bilbo Baggins sendiri.

Hal positif sekecil apapun yang kita lakukan pasti bisa memberikan efek yang baik untuk bangsa ini.
Ingat. Tidak hanya Smaug satu-satunya musuh. Masih ada pasukan Orcs, Troll dan Goblin, yang selalu berusaha untuk menghancurkan. Para pengusaha lokal, yang hanya mengeruk keuntungan untuk 'perut' sendiri, tanpa memperhatikan lingkungan dan masyarakat sekitar, itulah para Orcs, Troll dan Goblin, yang harus selalu diwaspadai, dipantau terus, dan bila perlu dilawan.
Hanya dengan keyakinan, keberanian dan persatuan lah kita bisa mengalahkan musuh-musuh itu.

Film ini memang masih belum sampai pada akhir cerita. Tapi terlihat ada sebuah harapan indah yang terbentang di depan para Dwarf itu, dengan sudah terlihatnya puncak Pegunungan Sunyi. Burung gagak yang terbang kembali menuju ke pegunungan tempat rumah mereka berada, menunjukkan sebuah pertanda yang baik pula.
Harapan yang sama juga bagi bangsa Indonesia, Kalau kejayaan sejati itu sudah ada di depan mata. Walau musuh besar, Sang Naga, masih harus dikalahkan terlebih dahulu, keyakinan itu tidak boleh pudar. Karena hanya dengan keyakinan (dan kerja keras tentunya), harapan akan sebuah kejayaan pasti bisa kita raih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar