Tujuh belas agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Lagu dari H. Mutahar itu terngiang kembali di kepala saya. Lagu yang terakhir saya nyanyikan saat masih SD. Dan Sabtu kemarin seakan mengiringi perjalanan saya menuju Istana Negara.
Hari Sabtu, 17 Agustus 2013 kemarin tepat 68 tahun kemerdekaan Indonesia. Saya memutuskan untuk melihat secara langsung upacara pengibaran Sang Saka Merah Putih. Entah kenapa, tiba-tiba terbersit keinginan itu.
Saya sempat mengajak seorang teman, tapi dia tidak mau karena takut ada bom disekitar situ. hhmm...Memang agak sedih mendengarnya, tapi saya maklumi, dengan melihat negara kita yang beberapa kali mengalami hal buruk itu, wajar saja kalau ada ketakutan seperti itu. Terakhir ledakan bom terjadi di Vihara Ekayana, 04 Agustus 2013 lalu.
Walau kadang beberapa kejadian ledakan bom terkesan seolah 'disetting', karena berbarengan dengan beberapa kasus besar yang terbongkar (seolah untuk pengalihan isu).
Namun ketakutan teman saya itu tidak mengurungkan niat saya, karena saya percaya dengan kinerja tentara kita dalam melakukan pengamanan acara super spesial seperti apel perayaan hari kemerdekaan ini.
68 TAHUN.
Kata seorang reporter sebuah stasiun televisi kemarin, ibarat manusia, usia Indonesia saat ini masih bayi, masih harus tetap berusaha agar bisa 'berjalan dengan lancar'. Ah saya tidak setuju. Negara kita ini sudah tua dan di usia pra-masa keemasan ini, seharusnya 'kita' sudah bisa menikmati apa yang telah dirintis puluhan tahun silam. Hanya saja, kita terlihat seolah masih 'bayi', karena masih saja berkutat dengan berbagai masalah yang bisa dibilang sangat kompleks, yang membutuhkan kerja ekstra agar cita-cita reformasi bisa sepenuhnya tercapai.
Karena sudah tua, tapi tidak 'menjaga diri' dengan baik dan benar, maka berbagai macam 'penyakit' makin menggerogoti setiap sendi negara ini, yang belum bisa terobati. Dan seharusnya di usia seperti sekarang ini, 'kita' sudah menemukan formula yang tepat untuk mengatasi hal-hal tersebut.
Dan jika sudah ada formula itu, maka harapannya agar negara kita ini cepat mendapatkan stabilitas di segala bidang. Sosial. Politik. Ekonomi. Hukum. Budaya. Pariwisata. Dan lain-lain.
Pemerintahan yang bersih, amanah dan benar-benar mencurahkan seluruh kemampuannya untuk memajukan Indonesia.
Wakil rakyat yang benar-benar mewakili rakyat, bukan mewakili si ini, si itu, si anu, si kampret, si bangsat, atau si yang lainnya.
Para koruptor dan 'pemakan' uang rakyat bisa dihilangkan dari negara kita ini. Konglo-konglo busuk yang hobi titip pasal dimasukkan ke kandang macan. Mafia hukum dan makelar kasus pun ikut diberangus.
Makin terciptanya kesejahteraan bagi rakyat, sehingga kesenjangan sosial makin menipis.
Tidak perlu harus mengimpor lagi 'breakfast, lunch & dinner' untuk rakyat.
Tersedianya lapangan kerja, sehingga para pahlawan devisa nun jauh disana, bisa pulang dan bekerja disini, sehingga tidak perlu lagi diperlakukan tak layak di negeri orang.
Terjaminnya keamanan bagi rakyat dimana saja berada.
Tak ada lagi manusia-manusia arogan dan sok suci yang petantang petenteng dengan congkaknya.
Semua umat beragama melakukan ibadah dengan tenang, tanpa perlu was-was dan takut lagi kalau rumah ibadahnya digusur.
'Makhluk-makhluk asing' yang menginvasi negeri ini segera 'kita' kick their fuckin' ass out from this country.
Semua gembong narkoba, human traffiking, dan sejenisnya, yang bisa merusak generasi muda, tidak lagi mendapatkan tempat disini. Dan teroris pun kita buat meringis.
Tidak lupa semoga bangsa ini tetap berdiri kokoh berlandaskan 4 pilar kebangsaan (NKRI, Pancasila, UUD '45, Bhinneka Tunggal Ika).
Masih banyak sekali sebenarnya harapan untuk negeri ini.
Namun mungkin benar kata Sang Proklamator, Bung Karno : "REVOLUSI INI BELUM SELESAI'.
Yapz. Revolusi, perjuangan ini memang belum selesai. Jangan sampai harapan itu hanya sekedar harapan, bahkan menjadi harapan nan sirna. Kita semua harus bahu membahu mewujudkannya. Disaat pemerintah seakan tak tahu arah, sarat akan kepentingan partai didalamnya dan cenderung galau berjamaah, kita sebagai rakyat Indonesia (khususnya generasi muda), tidak boleh tinggal diam dan hanya menuntut kerja nyata pemerintah saja.
"Bangun pemudi pemuda Indonesia. Tangan bajumu singsingkan untuk negara. Masa yang akan datang kewajibanmu lah. Menjadi tanggunganmu terhadap nusa"
Jangan menganggap itu cuma sekedar lagu yang hanya dinyanyikan saat apel 17an, saat ujian sekolah atau saat demo. Jadikan lagu itu pedoman hidup dan pemberi semangat untuk mulai berkarya dan berkontribusi dalam membangun bangsa. Saatnya kita bergerak untuk mewujudkan Indonesia Raya yang BERJAYA, BERDAULAT, ADIL dan MAKMUR, sehingga seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke - Miangas sampai Pulau Rote, bisa merasakan kemerdekaan yang sebenarnya. Bukan kemerdekaan semu seperti sekarang ini.
Tidak harus besar dan luar biasa, cukup lakukan yang sesuai dengan kemampuan kita masing-masing, in our own way. Just do it...!!!
Walaupun balik lagi, peranan pemerintah adalah yang paling utama, karena kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat tergantung pada kebijakan dan kinerja pemerintahnya.
Terakhir saya tutup dengan sebuah ungkapan dari salah satu proklamator kita, Mohammad Hatta :
"Indonesia MERDEKA bukan tujuan akhir kita. Indonesia Merdeka hanya syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kemakmuran rakyat"
DIRGAHAYU NEGERIKU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar