Belanda datang pertama kali ke Indonesia pada tahun 1596, dibawah pimpinan Cornelis de Houtman, dan berhasil mendarat di Pelabuhan Banten. Namun, mereka diusir penduduk sekitar, karena bersikap kasar dan sombong. Dua tahun kemudian (1598), Belanda datang lagi ke Indonesia, dipimpin Jacob van Heck.
Dan, hari Rabu (5/6) lalu, pada pukul 09.50 WIB, mereka kembali datang ke bumi pertiwi tercinta ini, melalui Bandara Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Tapi, kali ini mereka tidak berniat untuk mencari rempah-rempah atau melakukan agresi militer ke-3.
Kali ini, dibawah pimpinan meneer Louis van Gaal, pasukan De Oranje (julukan timnas Belanda), datang ke tanah air dalam rangka melakoni laga persahabatan melawan pasukan Merah-Putih, yang digelar di Stadion Gelora Bung Karno, pada hari Jumat kemarin, 7 Juni 2013.
Tidak seperti tahun 1596, saat kedatangan armada Belanda di Banten malah diusir oleh penduduk, kali ini mereka dielu-elukan oleh para penggemarnya. Mereka dinantikan oleh para pecinta sepakbola tanah air, penggemar timnas Belanda dan fans klub tempat para pemain-pemain negeri kincir angin itu bermain.
Tapi, 'pasukan' Belanda kali ini, lebih 'berbahaya' daripada armada ratusan tahun silam.
Siapa yang tidak kenal tukang gedor Manchester United, Robin van Persie (RvP), yang gelontoran 26 golnya di Premier League menobatkan dirinya menjadi Top Skor, sekaligus membawa MU meraih gelar ke-20.
Atau Arjen Robben, yang baru saja membawa Bayern Muenchen meraih treble winner musim ini. Juga pemain ber-skill mumpuni lainnya seperti Wesley Sneijder (Galatasaray), Dirk Kuyt (Fenerbahce), Johny Heitinga (Everton).
Tadi malam, pemain-pemain berkualitas dunia itu dihadang oleh punggawa terbaik milik tanah air.
Kurnia Meiga, Ricardo Salampessy, Raphael Maitimo, Victor Igbonefo, Tony Sucipto, M. Roby, Ahmad Bustomi, Boaz Salossa, Greg Nwokolo, Sergio van Dijk, Andik Vermansyah, dll.
Dibawah arahan Jacksen F. Tiago, mereka berusaha untuk menunjukkan bahwa Indonesia juga punya talenta yang bagus di sepakbola.
Mereka tidak sendiri. Ribuan rakyat Indonesia memenuhi stadion kebanggaan kita, Gelora Bung Karno, untuk memberikan dukungan penuh. Senayan kembali 'dimerahkan'.
And i was there.
"Garuda didadaku. Garuda kebanggaanku. Kuyakin hari ini pasti menang". Lagu wajib itu kembali diteriakkan dengan lantang dan penuh semangat, seperti pekik merdeka puluhan tahun silam.
Sepertinya tidak ada yang mempedulikan lagi, kalau ini hanyalah sebuah friendly match. Ataupun, kekuatan timnas kita yang ibarat langit dan bumi, jika dibandingkan dengan tim oranye Belanda. Mereka diperingkat 9 FIFA, sementara Indonesia nomor 170.
Semua yang datang ke stadion, hanya punya satu tujuan yaitu memberikan dukungan kepada timnas Indonesia (walaupun ada yang datang cuma untuk nonton langsung idolanya).
Saya yakin para pemain Belanda (juga tim-tim lain yang pernah melawan Indonesia), pasti ada rasa gentar saat lagu Indonesia Raya berkumandang dan dinyanyikan oleh ribuan orang yang memenuhi stadion berkapasitas 88.083 penonton (100.800 saat berdiri) itu. Yes, this is a great nation, meneer!!
Saya sendiri selalu merinding setiap kali menyaksikan pertandingan timnas, dan menyanyikan lagu kebangsaan kita itu.
Namun, ada pemandangan tidak mengenakkan saat melihat beberapa orang Indonesia yang memakai jersey oranye tim Belanda. Memang agak naif kalau saya benci melihat orang-orang itu, mengingat di zaman modern seperti sekarang, dan dengan perkembangan sepakbola yang sudah mendunia, pasti semua punya tim idola masing-masing, entah klub ataupun timnas negara lain.
Saya pun mungkin saja akan memakai kostum selecao Brasil (timnas favorit saya), kalau mereka bertandang ke Indonesia.
Saya jadi membayangkan bagaimana perasaan para pejuang dulu saat mengetahui ada orang Indonesia yang membelot dan menjadi antek-antek kompeni. Ah sudahlah...!!!
Kembali ke pertandingan.
Seperti biasa diawal pertandingan pasti ada seremonial menyanyikan lagu kebangsaan dari masing-masing kesebelasan.
Namun sebelum itu, ada satu seremoni yang paling saya benci setiap menonton pertandingan persahabatan Indonesia, yaitu munculnya para pejabat, entah itu menteri atau yang lainnya, ke lapangan untuk berjabat tangan dengan para pemain kedua tim.
Untuk apa?? Numpang eksis, biar nampang di tivi?? Gak Penting!!!!
Dan ini sepertinya hanya saya dapatkan saat pertandingan Indonesia saja. Unik memang negara kita ini.
Yang menarik semalam, saat lagu kebangsaan Belanda dilantunkan, semua menghormatinya. Tidak ada yang meneriakkan yel-yel selama lagu itu dinyanyikan (kecuali pada saat RvP disorot kamera).
Suporter kita sepertinya sudah 'dewasa' (mudah-mudahan).
Dan, momen itu datang lagi. Lagu Indonesia Raya dikumandangkan dan bergema kembali di Gelora Bung Karno. Dan sekali lagi, saya pun kembali dibuat merinding oleh nyanyian itu.
Terlihat para pemain dan official tim Belanda tertegun melihat atmosfir yang sangat luar biasa itu.
Seandainya ini final Piala Dunia, pasti euphorianya lebih hebat lagi. Apalagi pertandingan semalam katanya disiarkan di 11 negara dari 4 benua berbeda.
Namun, agak aneh memang melihat kita sebagai tuan rumah, tapi malah memakai jersey tandang Putih-Hijau.
Tapi, jersey apapun, Indonesia tetaplah Indonesia. Akan selalu didukung suporter setianya.
Dalam pertandingan semalam, penguasaan bola praktis menjadi milik Oranje. Itu tidak perlu dipertanyakan lagi, mengingat perbedaan kelas kedua tim.
Hanya berbekal semangat, para pemain berusaha meladeni permainan tim yang sudah tiga kali menjadi finalis Piala Dunia (1974, 1978, 2010) itu.
Tak sampai satu menit sesudah kick-off, Belanda sebenarnya sudah bisa unggul lebih dulu lewat sontekan Robin van Persie, memanfaatkan bola muntah dari sundulan Sneijder. Sayang, striker MU itu dalam posisi off-side.
Sepanjang pertandingan, penjaga gawang Indonesia, Kurnia Meiga, menjadi pemain yang super sibuk untuk menghalau bola dari Belanda. Beberapa peluang Van Persie, Sneijder, Robben dan pemain Belanda lainnya, sukses digagalkan pemain Arema Indonesia itu.
Namun, setelah berhasil menahan imbang tanpa gol di babak pertama. Akhirnya, gawang Indonesia kebobolan juga di menit ke-57, lewat sundulan pemain pengganti Siem de Jong yang memanfaatkan umpan silang dari Ruben Schaken.
Sepuluh menit berselang, sundulan De Jong kembali merobek gawang Indonesia (catatan untuk Jacksen F. Tiago: 2 kali menjebol gawang, De Jong berada dalam posisi bebas tanpa kawalan).
Dan, di menit ke-90, Arjen Robben mengunci kemenangan 3-0 Belanda atas Indonesia, setelah melewati 2 pemain belakang Indonesia.
Peluang terbaik Indonesia sepanjang pertandingan semalam hanya didapatkan dari Greg Nwokolo di menit 23 dan Andik Vermansyah setelah time-out.
Ada beberapa momen-momen aneh dalam pertandingan semalam.
Ditengah-tengah pertandingan, tiba-tiba para pemain meminta time-out kepada wasit Noor Mohamed asal Malaysia. Kedua kesebelasan terlihat mengambil nafas sejenak dan minum di pinggir lapangan sambil mendapat pengarahan dari pelatih.
Belum lagi tingkah para suporter. Saat pemain-pemain seperti RvP, Sneijder dan Robben mempertontonkan aksi individunya melewati pemain-pemain Indonesia, semuanya malah bersorak. Terlebih pada saat Robben mencetak gol ketiga Belanda, seisi stadion bersorak gembira seolah-olah yang mencetak gol itu tim Indonesia. Momen itu memang terlihat bersahabat. Tapi.......... Ah sudahlah..!!!!
Bertanding melawan tim-tim besar seperti Belanda ini, untuk tim sekelas Indonesia merupakan ajang yang sangat tepat untuk belajar, sehingga bisa berbenah menjadi tim yang lebih baik lagi (dengan harapan kepengurusan PSSI tidak carut marut dan terpecah belah lagi).
Dan kami sebagai suporter, akan terus datang ke Gelora Bung Karno untuk mendukung tim Merah-Putih sampai kapanpun. Menang atau kalah...!!!
Mengutip sebuah spanduk yang semalam dipasang di tribun atas :
"Siapapun pemainnya....Tetap kami suporternya"
Jaya terus sepakbola Indonesia....!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar